Manajemen Pengelolaan Haji Perlu Direformasi
Minggu, 27-09-2015 - 15:35:40 WIB
|
Ilustrasi
|
JAKARTA, Riau12.com - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi didesak melakukan reformasi menyeluruh terhadap manajemen pengelolaan haji. Tujuannya, untuk mencegah tak terjadinya berbagai peristiwa yang memilukan selama penyelenggaraan haji di masa-masa mendatang.
Aktivis pegiat anti-diskriminasi, Denny JA mengungkapkan, setidaknya ada tiga cara yang bisa diterapkan untuk mereformasi manajemen penyelenggaraan haji.
Pertama, dengan menambah jumlah hari yang sah untuk berhaji kendati yang diyakini hari yang sah hanya lima hari efektif, yakni dari 9-13 Zulhijjah.
"Harus dipikirkan jumlah hari berhaji yang sah bertambah juga tak hanya lima hari, tapi berbulan- bulan. Dari lima hari menjadi, misalnya 60 hari, dan sebagainya," ujarnya dalam keterangan persnya, Minggu (27/9/2015).
Jika waktu sah berhaji berubah dari lima hari, misalnya menjadi 60 hari, kata Denny, ini akan menjadi solusi yang sangat ampuh untuk mengurangi konsentrasi massa di satu titik dan di satu waktu. Niscaya ibadah haji akan dirasakan lebih nyaman dan lebih aman bagi jamaah.
Kedua, kata diam kecelakaan saat penyelenggaraan haji umumnya terjadi di Mina, bahkan sejak 1980 terjadi delapan kali peristiwa yang menewaskan ratusan orang. Sehingga disarankan untuk mengubah arsitektur Mina.
"Pemerintah Saudi bisa mengundang aneka pihak yang berkompeten di dunia untuk mempelajari bangunan dan lorong Mina dalam hubungannya dengan arus massa yang ratusan ribu. Harus ada reformasi arsitektural yang akhirnya bisa membantu area Mina itu lebih aman untuk masa yang berdesakan," katanya.
Terakhir atau yang Ketiga sambung Denny, adalah dengan modernisasi manajemen haji. Bisa berupa perbaikan kualitas SDM, SOP dalam bekerja hingga jumlah jamaah.
"Saatnya manajemen haji direformasi, sehingga beribadah itu tak hanya aman dan nyaman, namun juga khusyuk bagi jamaah, dan bagi keluarga yang ditinggal, yang tak perlu lagi was was akan keselamatan jamaah," katanya.
Tragedi Mina Terjadi Akibat Kepanikan Jamaah Haji
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) ini mengaku prihatin dengan peristiwa yang menerpa jamaah haji saat akan melakukan proses lempar jumrah di Mina pada penyelenggaraan haji 2015. Terlebih, jumlah jamaah haji yang tewas akibat terinjak-injak sudah ratusan orang dari berbagai penjuru dunia.
"Berhaji menjadi ritual yang berbahaya dan tak lagi nyaman. Ritual berhaji justru akan tercatat sebagai ritual agama yang paling banyak memakan nyawa manusia dalam sejarah. Saatnya pemerintah Saudi mengumpulkan ulama untuk melakukan reformasi atas ibadah haji, tanpa melanggar ketentuan kitab suci yang diyakini," tutup Denny.(okz)
Komentar Anda :