Riau12.com-Sholat lima waktu bukan sekadar kewajiban seorang Muslim, melainkan sumber ketenangan jiwa dan benteng yang menjaga manusia dari kesesatan hidup. Bagi orang beriman, sholat adalah momen perjumpaan dengan Allah SWT yang penuh harap dan kerinduan. Namun bagi orang munafik, sholat menjadi beban yang dijalankan dengan malas, sekadar untuk dilihat manusia.
Waktu-waktu sholat yang terbagi mulai Subuh, siang, sore, hingga malam, ibarat terminal-terminal tempat rohani seorang hamba beristirahat dan kembali menguatkan diri. Sholat menjadi ibarat air segar yang menyejukkan dahaga hati dan menenangkan kegelisahan jiwa, sebagaimana dijelaskan Syaikh Mushthafa Masyhur dalam kitab Al-Hayaatu Fii Mihraabish Shalah.
Dalam penjelasannya, Syaikh Mushthafa menyebut bahwa sholat lima waktu merupakan pelindung manusia dari ujian hidup dan benteng dari ketergelinciran. Kedisiplinan dalam menjaga waktu sholat akan menghimpun seorang hamba dari satu ibadah ke ibadah berikutnya. Namun, bagi mereka yang melalaikannya, melaksanakannya tanpa kekhusyukan, atau menunda-nunda waktu, setan akan memanfaatkan celah itu untuk perlahan menjauhkan manusia dari jalan yang lurus.
Bagi mereka yang menghidupkan hakikat sholat dalam kehidupan sehari-hari, sholat menjadi sumber kenikmatan iman dan kelezatan ketaatan. Mereka tidak merasa berat untuk menunaikannya, bahkan menanti-nantikan waktu sholat sebagai saat paling indah untuk berjumpa dengan Allah SWT.
Berbeda dengan orang-orang munafik yang menghadapi waktu sholat dengan malas, menunda-nunda, atau sekadar menjalankannya untuk pamer. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan mereka. Apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS An-Nisa: 142)
Rasulullah SAW juga bersabda: “Tidak ada sholat yang paling berat bagi orang munafik selain sholat Subuh dan Isya. Andaikan mereka mengetahui keutamaan di dalam kedua sholat tersebut, niscaya mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak.” (HR Bukhari dan Muslim)
Setan tidak pernah berhenti membujuk manusia agar merasa berat dalam menunaikan sholat. Ia menanamkan rasa malas dan menjadikan urusan dunia tampak lebih penting, hingga seseorang merendahkan nilai sholat itu sendiri.
Pada hakikatnya, sholat bukan hanya kewajiban, tetapi juga kebutuhan rohani. Ia menuntun hati untuk tetap hidup, menguatkan jiwa dari godaan dunia, dan mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai hamba yang tunduk di hadapan Sang Pencipta.
Komentar Anda :