Dalam perjalanan dakwah yang sarat ujian dan keseriusan, kehadiran Nu’aiman ibarat oase yang menyegarkan. Kisah-kisah kejenakaannya menjadi pengingat bahwa dalam Islam, tawa dan humor tetap memiliki tempat, selama tidak menyakiti dan melampaui batas.

Salah satu kisah paling terkenal terjadi saat rombongan sahabat berdagang ke Syam. Nu’aiman ikut bersama Abu Bakar dan beberapa sahabat lainnya. Dalam perjalanan, bekal makanan dijaga oleh seorang sahabat bernama Suaib. Ketika Nu’aiman lapar dan meminta makanan, Suaib menolak karena itu titipan bersama.

Merasa kesal, Nu’aiman pun melancarkan ide konyolnya. Ia pergi ke pasar dan menawarkan “budak gagah” kepada para pembeli dengan harga murah. Ia memperingatkan, “Budak ini punya kebiasaan aneh: selalu mengaku orang merdeka.”

Beberapa orang tertarik, dan Nu’aiman pun menunjukkan “budaknya” — tak lain adalah Suaib! Ketika para pembeli membawanya pergi, Suaib berteriak, “Aku orang merdeka!” Namun, para pembeli mengira itu hanyalah kebiasaan aneh yang sudah diingatkan sebelumnya.

Ketika Abu Bakar mengetahui kejadian itu, ia segera menebus Suaib dan membawanya kembali. Kisah ini akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW. Mendengarnya, beliau tertawa terpingkal-pingkal hingga gigi gerahamnya tampak. Bahkan setahun kemudian, beliau masih sering menceritakannya kepada para sahabat lain sambil tersenyum lebar.

Kisah lucu lain terjadi ketika Nu’aiman melihat seorang penjual madu yang kesulitan menjual dagangannya. Karena tahu Nabi SAW menyukai madu, Nu’aiman berpura-pura membeli dan membawanya ke rumah Rasulullah. Ia berpesan kepada si penjual, “Tunggu di sini, nanti ada yang membayar.”

Rasulullah SAW menerima madu itu dengan senang hati, mengira itu hadiah. Namun tak lama, penjual madu datang menagih pembayaran. Menyadari ulah sahabatnya, Nabi tersenyum dan memanggil Nu’aiman. Dengan polos ia berkata, “Aku tahu engkau suka madu, wahai Rasulullah, tapi aku tidak punya uang untuk membelinya.” Mendengar itu, Rasulullah SAW tersenyum lalu membayar harga madu tersebut.

Meski sering berbuat iseng, Nu’aiman tetap dikenal sebagai sahabat yang saleh dan dicintai Nabi. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa Nu’aiman akan masuk surga sambil tertawa.

Kisah-kisah Nu’aiman mengajarkan bahwa Islam tidak menolak tawa. Di balik keseriusan hidup, selalu ada ruang untuk kegembiraan dan humor yang bijak. Sebab, bahkan di masa Rasulullah SAW, tawa bukan hal yang dilarang — selama ia membawa kebaikan dan tidak melukai hati siapa pun.