www.riau12.com
Senin, 01-Desember-2025 | Jam Digital
10:10 WIB - APBD Kuansing 2026 Disahkan: Pembangunan Jalan, Jembatan, Pendidikan, dan Kesehatan Jadi Prioritas | 10:07 WIB - BNPB Update Korban Bencana Sumatera: Sumut Terdampak Terparah dengan 217 Jiwa Meninggal | 10:01 WIB - Hari AIDS Sedunia 2025: Dinkes Riau Tekankan Deteksi Dini dan Edukasi untuk Tekan Penularan HIV | 08:47 WIB - Harga BBM Non-Subsidi Naik per 1 Desember 2025, Pertamax Tembus Rp12.750 per Liter | 16:28 WIB - Studi Harvard 85 Tahun Ungkap Pekerjaan Paling Bikin Tidak Bahagia | 16:20 WIB - Minim PJU, Truk Kontainer Kembali Tabrak Portal di Jembatan Siak I Pekanbaru
 
Hentikan "Dosa Politik" Agar Tak Diazab
Sabtu, 31-10-2015 - 16:15:42 WIB
Ilustrasi
TERKAIT:
   
 

RIAU12.COM-Terpilihnya Jokowi  sebagai Gubernur DKI Jakarta dan kemudian Presiden Indonesia, yang membuat Surakarta dan Jakarta dipimpin kepala daerah nonmuslim, dinilai sebagai kesalahan sejarah.

"Dosa politik" kolektif ini turut mengundang azab yang menimpa Bangsa Indonesia seperti bencana kemarau panjang, kekeringan, kebakaran, kabut asap, dan sebagainya.

Demikian disampaikan Syafirul Hamdi Naumin, senior trainer pada Lembaga Kubik Training, dalam khutbah Jumát di Masjid Babussalam Rawamangun, Jakarta Timur, Jum'at (30/10).

Mantan profesional di City Bank itu menjelaskan, setiap musibah bisa dimaknai sebagai ujian, peringatan, atau hukuman.

"Musibah sebagai ujian adalah cara Allah SWT menjajal kadar keimanan hamba-Nya. Jika lulus, maka derajat ketaqwaan hamba itu meningkat," terang Syaiful.

Musibah juga menjadi peringatan ketika hamba Allah SWT mulai menyimpang dari jalan-Nya.

"Musibah sebagai peringatan ini semacam jeweran atau cubitan, agar kita segera kembali hidup sesuai dengan aturan Allah," mantan komisaris Olympic Group memaparkan.

Bila penyimpangan terhadap syariat Islam berlangsung secara kolektif, terstruktur, sistematis, dan masif, maka musibah akan datang beruntun sebagai azab atau hukuman.

"Bagaimana kita tidak diazab, karena memilih dan membiarkan seorang gubernur yang melegalkan penjualan minuman keras di swalayan, melegalkan diskotek 24 jam, menghina umat Islam, dan seterusnya!" gugat Syaiful.

Pengelola Pondok Yatim Dhuafa "Yatamasakin' Bogor ini kemudian mengajak Bangsa Indonesia untuk bertaubat secara komprehensif.

"Kita jangan hanya sholat dan berdoa minta hujan (istisqa). Tapi juga bertaubat dengan sebenar-benarnya," ujar Syaiful.

Taubat nasuha itu harus diikuti dengan taubat di segala bidang, termasuk politik. "Taubat di bidang politik misalnya jangan lagi memilih pemimpin yang nonmuslim dalam pilkada nanti. Jangan lagi memihak pemimpin yang korup, dan seterusnya," urai Syaiful Naumin, yang di era Presiden Soeharto sempat disensor materi khutbah Jumát yang akan dibawakannya.(islampos)



 
Berita Lainnya :
  • Hentikan "Dosa Politik" Agar Tak Diazab
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    7 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved