Riau12.com-Jakarta - Sholawat Wahidiyah adalah aliran tasawuf produk Indonesia asli yang mempresentasikan formula amalan dan ajaran khas nusantara dipadukan dengan tarekat lain.
Sufisme kontemporer dibagi menjadi beberapa macam. Kategori ini meliputi kelompok kajian, majelis zikir, dan perkumpulan yang dilaksanakan untuk kepentingan mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai macam metode dan dalam syariat Islam.
Hal di atas sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad Syafii Mufid dalam bukunya yang berjudul Tangklukan, Abangan, dan Tarekat: Kebangkitan Agama di Jawa.
Sufisme kontemporer contohnya adalah Al Arqom dari Malaysia, Jamaah Tabligh, Wahidiyah, Siddiqiyah, Syahadatain, Jamaah Tawakal, Tarekat Kadisiyah atau Paramartha, Salamullah, Majelis Zikr Indonesia, dan majelis mujahadah dan muhasabah lainnya.
Dalam tulisan kali ini, detikHikmah akan fokus membahas tentang Tarekat Wahidiyah atau Sholawat Wahidiyah yang terkenal di Indonesia.
Sejarah Singkat Sholawat Wahidiyah (Tarekat Wahidiyah)
Masih diambil dari sumber yang sama, Tarekat Wahidiyah awal mulanya didirikan oleh KH. Madjid Makruf pada tahun 1963.
KH. Madjid Makruf membuat Sholawat Wahidiyah ini setelah melakukan renungan dan riyadhah dan mendapat ilham melalui mimpi untuk menyusun sebuah sholawat.
Ajaran utama Tarekat Wahidiyah adalah pembacaan Sholawat Wahidiyah selama 40 hari lamanya. Barang siapa yang telah mengamalkan ajaran ini, maka ia akan memperoleh ketenangan dan ketenteraman batin.
Kegiatan Sholawat Wahidiyah intinya adalah beribadah karena Allah SWT (lillah), niat mengikuti tuntunan Rasulullah SAW (lirrasul), dan niat mengikuti bimbingan Ghoutsu Hadzaz Zaman (lilghouths).
Dalam mengamalkan Sholawat Wahidiyah, muslimin diharapkan untuk menghadirkan hati di hadapan Allah SWT, di hadapan Rasulullah SAW dengan adab lahir batin, memuliakan, dan cinta (mahabbah) setulus hati.
Untuk mengamalkan Sholawat Wahidiyah, muslimin juga diminta untuk mengakui dosa-dosanya secara jujur, baik bagi diri sendiri, orang tua, guru, murid, pemimpin, dan sesama makhluk.
Sholawat Wahidiyah atau Tarekat Wahidiyah cepat berkembang dan diminati oleh berbagai kalangan termasuk masyarakat perkotaan. Namun, dalam perkembangannya banyak tantangan menghadang dan menghambat tarekat ini.
Salah satu tantangan datang dari para kalangan Kyai, contohnya Kyai Machrus Ali dari Lirboyo, Kediri, seorang tokoh utama syuriah Nahdatul Ulama Jawa Timur.
Benarkah Ajaran Sholawat Wahidiyah Sesat?
Dinukil dari buku Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah karya Sokhi Huda, Sholawat Wahidiyah tidak memenuhi standar mu'tabarah dan tidak terdaftar dalam thariqah mu'tabarah.
Pengertian mu'tabarah sendiri adalah standar yang mengakui sebuah tarekat dianggap sah atau tidak.
Di sisi lain, ajaran Sholawat Wahidiyah tidak mendapat status mu'tabarah dari NU karena tiga hal, yaitu:
1. Tarekat Wahidiyah dinilai tidak menggunakan model system tarekat yang memiliki sanad (silsilah) amalan yang sampai kepada nabi karena ia hanyalah sholawat
Setiap sholawat, menurut referensi otoritatif ketasawufan, sanad dan syaikhnya adalah nabi sendiri sehingga tidak memerlukan system silsilah seperti tarekat.
Sementara itu, ajaran Sholawat Wahidiyah dipandang sebagai amalan umum yang tidak seketat sistem amalan tasawuf dan tarekat.
2. Pencetus Sholawat Wahidiyah ingin tidak hanya menyebarkan ajaran ini di Indonesia saja
Pencetus (muallif) Sholawat Wahidiyah tidak ingin misi jami' al 'alamin (global)-nya dibatasi oleh status mu'tabarah yang diakui di Indonesia saja, khususnya NU. Ia ingin ajaran tarekatnya menyebar lebih luas di dunia ini.
3. Sholawat Wahidiyah atau Tarekat Wahidiyah dianggap sebagai ajaran sesat
Ajaran Sholawat Wahidiyah dianggap sesat karena para tokoh NU pada umumnya melihat sholawat ini mengemban corak tasawuf falsafi yang ditentangnya secara keras.
Di saat yang sama, para ulama ini tarekatnya bercorak pada tasawuf akhlaqi atau sunni. Otomatis, mereka menganggap ajaran ini sebagai ajaran yang sesat
Sumber: detik.com
Komentar Anda :