Kas Masjid dan "Standing Position" pada Palestina
Muhammad Nur - detikNews
Jumat, 08 Des 2023 15:00 WIB
Kotak amal Masjid Al Huda, Klaten, yang dibobol para pelaku.
Foto ilustrasi: Achmad Syauqi
Jakarta -
Lebih dari sebulan lamanya perang di Palestina telah memakan korban
ratusan ribu nyawa, baik dari kalangan militer maupun sipil dimana
sebagian besarnya adalah anak-anak dan perempuan. Umat Islam sedang
terluka parah kali ini. Palestina membutuhkan bantuan kita, apapun
bentuk dukungan kita pada mereka. Sudah banyak pula aksi nyata di
seluruh penjuru dunia ditunjukkan untuk mendukung saudara-saudara kita
di Palestina. Rasa kemanusiaan kita pastinya terusik.
Pun demikian dengan Indonesia, Presiden Jokowi dan Menteri Luar Negeri
terus berupaya mendesak forum-forum internasional untuk bertindak
mengatasi kekejaman perang ini. Selain lewat jalur diplomasi pemerintah,
rakyat Indonesia juga terus bergerak memberikan dukungannya. Donasi dan
penggalangan dana masih terus dilakukan oleh semua kalangan. Sementara
itu, pemerintah juga telah menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa bahan
makanan, perlengkapan rumah sakit, serta obat-obatan senilai lebih dari
Rp 31 miliar (kemkes.go.id, 22/11).
Pergerakan dukungan dari semua elemen masyarakat menunjukkan
keberpihakan negeri ini pada Palestina. Dapat dikatakan bahwa di hampir
semua tempat terjadi aksi penggalangan donasi untuk Palestina. Di
perempatan jalan mahasiswa dan pengemudi ojol bergerak. Pun juga di
masjid-masjid tersedia kotak amal yang dikhususkan untuk donasi
Palestina. Namun demikian, ada satu fenomena yang cukup menggelitik
penulis pada konteks terakhir, yaitu ketika kotak amal khusus disediakan
untuk aksi donasi ke Palestina padahal ketika pengumuman saldo kasnya,
masjid-masjid itu juga rupanya memiliki saldo yang relatif besar bahkan
ada yang mencapai ratusan juta rupiah.
Lalu, mengapa tidak sebagian besar dana masjid itu saja yang diinfaqkan
untuk membantu rakyat Palestina? Toh ketika pembangunan fisik masjid dan
alokasi program rutin masjid sudah terpenuhi dari saldo tersebut, masih
ada saldo yang mengendap di rekening masjid hingga puluhan bahkan
ratusan juta rupiah.
Jika kita menilik fungsi masjid bahwa sejak era bermulanya peradaban
Islam, Nabi Muhammad menjadikan masjid sebagai pusat dakwah, ekonomi,
dan juga aktivitas politik. Memang selaiknya masjid tidak hanya menjadi
simbol ibadah vertikal semata, namun juga dapat simbol ibadah horizontal
(muamalah), yang utamanya terkait aktivitas ekonomi. Pengelolaan
keuangan masjid menjadi salah satu aspek krusial dalam pemberdayaan umat
Islam.
Alokasi dana masjid untuk kegiatan produktif dan konsumtif perlu dibagi
dan diperhatikan dengan seksama oleh dewan pengurus masjid agar
kebermanfaatan dana yang dihimpun dari umat dapat tepat sasaran
(Manurung & Batubara, 2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kembali pada konteks dana umat di rekening masjid, jika kita asumsikan
atau ilustrasikan setiap masjid dapat menyisihkan separuh dari saldonya
untuk infaq kepada Palestina, maka tentunya ratusan miliar rupiah dapat
didonasikan kepada Palestina.
Data dari Kementerian Agama menyebutkan pada 2022 terdapat setidaknya
lebih dari 240 ribu bangunan masjid dengan berbagai tipologinya di
Indonesia, berupa masjid nasional, masjid raya, masjid agung, masjid
jami', masjid bersejarah, dan publik (satudata.kemenag.go.id). Misalkan
separuh saja dari 240 ribuan masjid itu dapat mendonasikan minimal 50%
saldonya, mungkin dapat terkumpul setidaknya lebih dari Rp 100 miliar
untuk bantuan kepada rakyat Palestina.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 83 tahun 2023 tentang Hukum
Dukungan Terhadap Perjuangan Palestina menyebutkan bahwa dukungan umat
Islam termasuk dengan mendistribusikan zakat, infaq dan sedekah untuk
kepentingan perjuangan rakyat Palestina adalah wajib. Walaupun pada
dasarnya dana zakat harus didistribusikan kepada mustahik yang berada di
sekitar muzakki, namun dalam hal keadaan darurat atau kebutuhan yang
mendesak dana zakat boleh didistribusikan ke mustahik yang berada di
tempat yang lebih jauh, seperti untuk perjuangan Palestina (mui.or.id).
Maka pada konteks ini, sudah sepatutnya jika masjid beramai-ramai
mengalokasikan sebagian besar dana kelolaan di rekeningnya untuk
membantu perjuangan Palestina. Tidak perlu lagi masjid menyediakan kotak
amal khusus yang kemungkinan dana yang terkumpul juga tidak lebih besar
dari saldo kas masjid tersebut.
Perlu diingat kembali bahwa di tanah Palestina-lah berdiri salah satu
dari tiga masjid utama di muka bumi selain Masjidil Haram dan Masjid
Nabawi, yaitu Masjid Al-Aqsa yang merupakan kiblat pertama umat Islam di
bumi. Di Masjid Al-Aqsa pula Nabi Muhammad salat dan bertolak ke
Sidratul Muntaha pada peristiwa akbar Isra' Mi'raj. Maka keberpihakan
dan kepedulian kita pada tanah mulia Palestina perlu ditegakkan dan
digalakkan. Selain itu, peran masjid pada konteks ekonomi dan muamalah
pada saudara-saudara kita di Palestina perlu diperkuat.
Baca artikel detiknews, "Kas Masjid dan "Standing Position" pada Palestina" selengkapnya
https://news.detik.com/kolom/d-7077575/kas-masjid-dan-standing-position-pada-palestina.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/