Pertama di Riau, Tri Ratna Buddhist Centre Pekanbaru Gelar Pameran Relik Buddha dan Prajna Paramita
Riau12.com-PEKANBARU – Untuk pertama kalinya di Provinsi Riau, Tri Ratna Buddhist Centre Pekanbaru bekerja sama dengan Waki Relic Museum Malaysia menampilkan puluhan relik Buddha dan para siswanya dalam Pameran Relik Buddha dan Prajna Paramita. Kegiatan spiritual berskala internasional ini berlangsung di lantai empat Vihara Tri Ratna Buddhist Centre Pekanbaru mulai 7 hingga 15 November 2025.
Pembukaan pameran berlangsung khidmat pada Jumat (8/11/2025) sore. Ratusan umat Buddha di Pekanbaru menggelar pradaksina dengan membawa sejumlah relik Buddha dan mengelilingi kawasan Vihara Tri Ratna. Acara dihadiri oleh puluhan biksu dari berbagai negara seperti Malaysia, India, China, dan Thailand. Turut hadir Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Riau Dr H Muliardi MPd, President Waki Relic Museum Malaysia Dr Teo Choo Guan, Pembimas Buddha Riau Wiryanto, Ketua LPTG Riau Sidharta, serta para pimpinan majelis agama Buddha di Pekanbaru.
Ketua Panitia Pameran Relik, Aniruddha Tan, mengatakan pameran ini merupakan kesempatan langka bagi masyarakat, khususnya umat Buddha di Riau, untuk menyaksikan secara langsung benda-benda suci yang memiliki nilai historis dan spiritual tinggi.
“Ini bukan hanya untuk menunjukkan rasa hormat kepada Sang Buddha, tetapi juga menjadi kesempatan bagi umat untuk mempraktikkan ajaran beliau dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Aniruddha menjelaskan, relik merupakan sisa-sisa fisik atau benda yang berkaitan dengan Buddha Gautama maupun tokoh besar dalam sejarah Buddhisme. Bentuknya bisa berupa gigi, tulang, abu kremasi, atau benda-benda yang pernah digunakan oleh para biksu besar seperti pakaian dan alat keagamaan. Relik Buddha pertama kali muncul setelah wafatnya Buddha Gautama sekitar tahun 483 SM. Menurut tradisi, relik tersebut dibagikan kepada delapan kerajaan dan dua kelompok Brahmana, lalu disimpan dalam stupa-stupa untuk penghormatan.
Dalam pameran ini juga ditampilkan ribuan Buddharupang dan Bodhisatvarupang, serta kitab Prajna Paramita Hridaya Sutra atau Sutra Hati, yang merupakan salah satu teks paling penting dalam ajaran Mahayana Buddhisme. Sutra ini berisi ajaran tentang kekosongan (sunyata) dan kesempurnaan kebijaksanaan (prajna paramita).
“Sutra Hati ini sangat populer di kalangan umat Buddhis Mahayana dan sering dibaca dalam ritual keagamaan karena diyakini memiliki kekuatan spiritual yang besar,” jelas Aniruddha.
Sementara itu, President Waki Relic Museum Malaysia, Dr Teo Choo Guan, menyampaikan bahwa pihaknya merasa terhormat dapat membawa koleksi relik ke Indonesia, khususnya ke Pekanbaru. Ia menjelaskan, Museum Relik Waki didirikan pada 9 Juli 2019 di Kuala Lumpur dan telah menjadi pusat relik internasional yang melestarikan peninggalan suci Sang Buddha dan para siswanya.
“Hingga kini, Museum Relik Waki telah mempersembahkan lebih dari 12 ribu stupa relik di lebih dari 40 negara di dunia, termasuk Amerika Serikat, Eropa, Sri Lanka, India, Indonesia, dan Tiongkok,” kata Dr Teo.
Ia menambahkan, setiap stupa relik dianggap sebagai cahaya Buddha yang menerangi dunia. “Seperti pelita yang mengusir kegelapan, relik Buddha memperkuat keyakinan umat dan membawa kedamaian bagi dunia,” ucapnya.
Dr Teo berharap, melalui pameran ini, umat Buddha di Riau dapat memperdalam spiritualitas dan menumbuhkan semangat untuk terus melestarikan ajaran Sang Buddha. “Mari kita melangkah dengan satu hati untuk mewujudkan cita-cita leluhur dalam menyebarkan ajaran Buddha ke seluruh penjuru dunia,” katanya.
Kepala Kanwil Kemenag Riau, Dr H Muliardi MPd, turut memberikan apresiasi atas terselenggaranya pameran ini. Ia menyebut kegiatan tersebut tidak hanya memperkaya spiritualitas umat, tetapi juga memperkuat semangat kerukunan antarumat beragama di Riau.
“Relik ini memberikan pesan moral dan nilai sejarah yang tinggi. Mari kita jaga kerukunan dan terus menjadi umat yang membawa kedamaian. Kita patut bersyukur karena indeks kerukunan beragama di Riau terus meningkat,” tutupnya.
Komentar Anda :