www.riau12.com
Minggu, 05-Mei-2024 | Jam Digital
14:04 WIB - Puluhan Tenda Pengungsi Rohingya Hiasi Trotoar Jalan di Pekanbaru | 13:38 WIB - Tekan Angka Stunting , Kampar Berhasil Raih Piagam Penghargaan di Tingkat Provinsi Riau Tahun 2024 | 13:25 WIB - Efek Samping Vaksin Astra Zeneca, Dapat Membahayakan Kesehatan dan Keselamatan Nyawa? | 15:39 WIB - Rupiah Terhadap Dolar Menguat Hari Ini, Terpantau 0,33 Persen ke Level Rp 16.205 | 15:25 WIB - Pendaftaran PPDB SMA/SMK Negeri di Provinsi Riau Akan di Buka, Catat Tahapan dan Tanggalnya | 15:08 WIB - Temukan Senjata Api FN Kaliber 9 mm, Polisi Ungkap Penjualan Senjata Ilegal di Pekanbaru
 
Bantu Warga di Kalsel, Ini Perjuangan Bripka Imam Turunkan Stunting dan Kembangkan Bio Urine
Jumat, 02-02-2024 - 11:20:48 WIB

TERKAIT:
   
 

Riau12.com-Jakarta - Bripka Imam Heri Susanto membantu mengembangkan pertanian dan perkebunan warga di Desa Pulau Sari, Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan (Kalsel). Dari kelompok tani di desa yang semula lesu, disulapnya menjadi aktif kembali dan menghasilkan produksi komoditas lebih banyak.

Selain itu, Bripka Imam dinilai bisa meminimalisir kenakalan remaja di desa, serta pernikahan dini. Hal itu yang membuatnya diusulkan dalam Hoegeng Awards 2024 oleh pembaca detikcom. Salah satu yang mengusulkannya adalah Saryani, selaku Sekretaris Desa (Sekdes) Pulau Sari, yang mengusulkan Bripka Imam dengan mengisi formulir online di tautan ini.

Untuk menggali lebih dalam cerita tentang Bripka Imam, detikcom kemudian menghubungi Saryani, Kamis (1/2/2024). Saryani mulanya menyebut bahwa Bripka Imam merupakan sosok yang selalu hadir di tengah masyarakat desa.

"Bhabin saya itu orangnya luar biasa, kerjanya 1x24 jam kalau di desa. Ketika desa atau masyarakat memerlukan, beliau jika tidak ada kesibukan yang tidak bisa ditinggal, beliau pasti hadir," katanya.

Saryani menyebut Bripka Imam mengenalkan pupuk berbahan urine sapi atau bio urine, kepada petani di desanya. Menurutnya, pengetahuan itu didapat karena Bripka Imam kerap bergaul dengan siapa saja. Di antaranya dengan berbagai kelompok tani dan instansi yang berkaitan dengan pertanian.

Sosok Bripka Imam yang dekat dengan masyarakat, memudahkannya untuk belajar berbagai hal. Saryani menyebut Bripka Imam sebagai orang yang bisa dengan cuma-cuma memberi ilmu kepada masyarakat.

"Yang dilakukan beliau, beliau adalah salah satu kegiatan inovasi bio urine. Jadi bio urine itu di kita dari urinenya sapi. Dikolaborasikan dengan berbagai macam istilahnya bahan lain itu dicampur, dan menimbulkan inovasi. Di situ bisa dijadikan pupuk bio urine itu," ucapnya.

Bripka Imam Heri Susanto di Kalsel (Foto: Dok Istimewa)
Advertisements
Salah satu yang menjadi persoalan di desanya adalah mahalnya harga pupuk bagi petani. Sedangkan, mayoritas warga di desa bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan.

Beragam komoditas hadir di Desa Pulau Sari, mulai dari padi, jagung, kelapa sawit, karet, dan sayur-mayur. Suryani menyebut dengan adanya bio urine yang digagas Bripka Imam, masalah pupuk mahal di desanya bisa teratasi.

"Karena pupuk mahal, jadi dengan menggunakan bio urine ditekan harga pupuknya. Sehingga keberhasilan pertanian itu lumayan dibandingkan degan harga pupuk nonsubsidi," imbuhnya.

Menurutnya, hasil panen warga desa semakin banyak dengan adanya bio urine tersebut. Hal itu ditemukannya ketika berkunjung dan berdialog dengan kelompok-kelompok tani di desanya.

"Hasil panennya lumayan juga ya dengan adanya bio urine itu. Kalau menurut saya yang sudah saya lihat, bahkan melebihi pupuk buatan pabrik. Saya kan berkunjung juga ke kelompok taninya. Karena kebetulan Pak Bhabin anggota kelompok tani juga. Jadi pemikiran beliau yang diambil oleh masyarakat di sini," sebutnya.

Selain di sektor pertanian, peran Bripka Imam sebagai Bhabinkamtibmas juga terasa dalam sektor kesejahteraan masyarakat. Saryani menyebut Bripka Imam mendirikan Posyandu untuk remaja, yang bertujuan menurunkan angka kenakalan remaja hingga pernikahan dini.

Saryani menyebut bahwa Posyandu remaja tersebut menjadi yang pertama di Kabupaten Tanah Laut. Bripka Imam mengumpulkan para remaja dan memberi pesan tentang hal-hal pentingnya menghindari kenakalan remaja, yang berlawanan dengan hukum. Meski klise, namun cara itu efektif.

"Jadi setelah Pak Imam ini mendirikan Posyandu Remaja itu, kegiatan-kegiatan yang dilakukan remaja baik kenakalan remaja, itu menurun drastis. Hampir 100% tidak ada lagi kegiatan yang tidak karuan seperti balapan, narkoba, jauh tingkatnya menurun drastis," ucapnya.

"Terkait pernikahan dini kayak gitu juga, beliau selalu memberi arahan kepada masyarakat, beginilah kawin itu jangan sampai di bawah umur, ikutilah aturan pemerintah, Undang-Undang. Artinya di sini seakan-akan apa yang disampaikan beliau itu masyarakat manut," tambah dia.

Dihubungi terpisah, warga Desa Pulau Sari bernama Tasdik juga mengatakan bahwa Posyandu remaja tersebut efektif menurunkan angka kenakalan remaja dan pernikahan dini. Bahkan, kata Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Tambang Ulang itu, Posyandu remaja bisa mencegah stunting pada bayi.

"Pertama itu kan untuk mencegah generasi stunting secara dini. Kemudian untuk mencegah perkawinan di bawah umur yang bisa melahirkan bayi stunting karena terlalu muda. Kemudian ada edukasi tentang narkoba, tempat konseling. Pak Bhabin juga mendirikan tempat di sekolah itu ada ruang peduli remaja yang bermasalah untuk konsul ke dia," kata Tasdik.

Sebelum Bripka Imam menjadi Bhabinkamtibmas pada tahun 2016, beberapa kali pernikanan dini ditemukan di Desa Pulau Sari. Semenjak kehadiran Posyandu remaja yang dijalankannya, hampir tidak ditemukan lagi.

"Nggak terlalu banyak (pernikahan dini), cuma ada. Kebanyakan masih seumuran, lulus sekolah laki-lakinya SMA, perempuannya SMP. Ada juga yang masih kelas 3. Tapi kalau sekarang kayaknya sudah tidak ada lagi," tuturnya.

detikcom juga menghubungi Bripka Imam untuk menggali lebih dalam mengenai hal tersebut. Dia bercerita awal mula tercetus menyebarkan penggunaan bio urine untuk petani di Desa Pulau Sari.

Dia juga bercerita bahwa kelompok tani di desa tersebut kurang produktif. Kemudian Bripka Imam juga mencari tahu permasalahan yang ada pada warga, serta mencari solusinya.

"Saya jadi Bhabin sekitar tahun 2016-2017 itu. Pada saat itu kebetulan kelompok tani ini kan kita rasakan kok kayak vakum. Terus memang ada yang masih merintis untuk bangkit. Terus saya dukung apa sih yang kira-kira menjadi kendala. Namanya di pertanian kan agak sulit, namanya penduduk di kampung ini kan dari segi perekonomian. Setelah itu saya temui kelompok tani, saya sharing konsultasi, untuk di sini yang berpotensi supaya bisa kita mendukung, mendongkrak pertanian gimana. Istilahnya kan kayak apa-apa beli, kayak pupuk bahan kimia. Semuanya menggunakan biaya. Gimana alternatifnya kalau misalkan kita menggunakan alternatif dari kandang kotoran sapi atau kencing," jelasnya.

Setelah berdiskusi dengan banyak pihak, Bripka Imam memberanikan diri mencoba bio urine tersebut. Dia menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar desa untuk membuatnya. Hal itu lantaran dirinya menyadari bahwa tidak memiliki banyak modal untuk membangun pertanian bagi warga desa.

"Bio urine ini kan campurannya untuk kita oleh ini dengan rempah-rempah, jadi hasil bumi di sekitar. Kita nggak menggunakan bahan dari luar. Cuma kita yang ada belinya untuk mengurangi bau itu aja, sisanya kita memakai rempah sama cucian air beras. Kemudian kita fermentasi selama 14 hari kurang lebih," imbuhnya.

Bripka Imam menjelaskan bahwa penggunaan bio urine cukup sedernaha. Hanya perlu satu gelas ukuran kecil untuk dicampur dengan satu tangki air berisi 11 hingga 12 liter.

"Alhamdulillah dari situ pertanian di tempat kita lebih signifikan, maju, unggul. Sampai sekarang pun sering didatangi dari Dinas-dinas Pertanian, mahasiswa, itu sering datang ke kelompok tani di tempat kita itu," terangnya.

Sebelum Bripka Imam datang, warga sudah mencoba-coba alternatif pupuk untuk pertanian. Namun menurutnya, belum ada yang seefektif penggunaan pupuk bio urine.

Penggunaan bio urine dinilai lebih efisien oleh warga. Sehingga warga tak perlu terlalu banyak mengeluarkan biaya produksi pertanian. Menurutnya, perbandingannya juga lebih jauh dibanding menggunakan pupuk kimia.

"Wah lumayan, misalkan kita beli pupuk harga anggap saja Rp 20 ribu, kalau kita pakai bio urine irit banget nggak sampai Rp 5 ribu," tuturnya.

Untuk hasil panennya, Bripka Imam menyebut bisa lebih banyak. Berkat itu, kata dia, perkonomian warga desa juga semakin baik.

"Alhamdulillah secara perekonomian warga sekarang rumahnya bagus-bagus, perekonomiannya bagus. Sekarang kelompok tani kita berkembang, jadi kita bisa memanfaatkannya kotoran sapi. Jadi yang tadinya belum punya sapi, sekarang punya sapi, hasil panen bisa dibelikan sapi," bebernya.

Bripka Imam tak terlalu banyak mengeluarkan dana pribadinya untuk membangun inovasi tersebut. Sebab, dia bersama warga mencari pinjaman melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mendapatkan modal.

Modal pertama-tama digunakan untuk membuka lahan pertanian. Kemudian pertanian di desa berkembang, hingga warga juga bisa memiliki peternakan yang banyak.

"Luar biasa banyaknya sekarang, dulu ada sampai 200-an (sapi) satu dusun, sekarang bisa lebih," katanya.

Bahkan, produk bio urine tersebut kerap dibeli oleh orang dari luar desa. Karena dianggap lebih efisien secara biaya dan bisa menghasilkan panen yang lebih banyak.

Meski demikian, warga desa masih belum memiliki rencana untuk menjadikan produk tersebut sebagai industri dan diproduksi massal. Untuk sementara, produksi diprioritaskan untuk kepentingan warga desa.

"Bio urine ini kita dari kelompok tani ini belum bikin label. Sementara masih kita gunakan untuk kita. Cuma dari luar ada yang beli, kita kasih yang satu botol air mineral besar itu Rp 5 ribu aja. Sangat efisien, hemat pokoknya," sebutnya.

Bripka Imam juga bercerita mengenai pembentukan Posyandu remaja di Desa Pulau Sari. Di sana, dia bersama warga mewadahi aktivitas remaja dengan berbagai kegiatan, sembari memberi pesan tentang konsekuensi pernikahan dini.

"Posyandu remaja memang kita di sini untuk anak-anak, sekalian saya melakukan pembinaan dan mengawasi remaja-remaja yang ada di desa saya. Alhamdulillah kita beri wawasan, pandangan, agar kalau lulus sekolah jangan buru-buru nikah. Dampaknya seperti apa, kan kita kasih bayangan seperti itu," ucap dia.

Menurutnya saat ini, tidak terdengar lagi ada kasus pernikahan dini di Desa Pulau Sari. Dia menyebut saat awal menjadi Bhabinkamtibmas, kenakalan remaja di desa cukup memprihatinkan.

"Sebelumnya ini, anak-anak saya perhatikan kayak ada yang mabuk-mabuk alkohol racikan, yang pulang sekolah berkerumun, kumpul-kumpul laki-laki perempuan jadi satu. Alhamdulillah sekarang kita adakan Posyandu remaja, jadi wadah kalau memang ada masalah apa, mereka bisa konsultasi dengan kita juga," pungkasnya.

Sumber: detik.com



 
Berita Lainnya :
  • Bantu Warga di Kalsel, Ini Perjuangan Bripka Imam Turunkan Stunting dan Kembangkan Bio Urine
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    7 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved