Riau12.com-Jakarta - Menjadi guru yang ramah saja rupanya tak cukup. Dalam penelitian, siswa-siswa juga menyukai guru yang percaya bahwa mereka bisa lebih berkembang, dibandingkan hanya sekadar ramah.
Pada penelitian oleh Makita White, seorang kandidat PhD psikologi Washington State University, siswa masih merespons positif terhadap guru yang digambarkan sebagai orang yang dingin, asalkan memiliki pola pikir berkembang atau growth mindset. Hal sebaliknya juga terjadi dengan adanya lebih banyak peserta bereaksi negatif terhadap guru yang hangat tetapi berpola pola pikir stagnan, yang yakin kemampuan bawaan tidak dapat diubah (misalnya percaya seseorang secara alami pandai matematika ataupun tidak).
"Bersikap baik saja tidak cukup," kata penulis utama White, dikutip dari Science Daily.
"Jika guru bisa mengubah sikapnya menjadi lebih hangat, itu memang berdampak baik, tapi jauh lebih baik untuk menyampaikan growth mindset kepada siswa daripada fixed mindset," imbuhnya.
"Pada tingkat yang sangat sederhana, bersikap ramah itu baik, tetapi pesan pola pikir yang Anda kirimkan kepada siswa sangatlah penting. Pesan tersebut bahkan bisa lebih kuat dari sekadar bersikap ramah," ujar Elizabeth Canning, peneliti psikologi WSU, peneliti senior dalam riset tersebut.
Untuk penelitian ini, para peneliti menyajikan kepada 332 mahasiswa salah satu dari empat sketsa yang menggambarkan seorang profesor statistika dengan sikap dan pola pikir berbeda. Mereka kemudian menjawab serangkaian pertanyaan soal pendapatnya tentang profesor dan kelas yang mereka ajar, termasuk tingkat kenyamanan dalam mengikuti kursus dan seberapa jauh mereka bisa berkembang.
Skenario di mana profesor menyatakan pola pikir berkembang mendapat tanggapan yang jauh lebih positif dari para mahasiswa. Responden menyatakan mereka akan mempunyai rasa memiliki yang lebih besar di kelas, perasaan "imposter" yang lebih rendah, dan peluang yang lebih besar untuk berhasil dalam mata pelajaran tersebut.
Selain penelitian ini, Canning telah melakukan riset yang menunjukkan bahwa pengajar dengan pola pikir berkembang dapat mempersempit kesenjangan performa bagi kelompok yang secara tradisional kurang beruntung. Misalnya, dalam sebuah penelitian, pengajar dengan pola pikir stagnan ditemukan melemahkan kinerja perempuan dalam bidang STEM (Science-Technology-Engineering-Math).
"Dengan melihat bagaimana pola pikir pengajar dan budaya mempengaruhi siswa, hal ini mungkin akan meringankan beban siswa itu sendiri. Sebaliknya, kita dapat lebih fokus pada bagaimana kita dapat membuat lingkungan memotivasi dan kondusif, sehingga semua orang bisa sukses di kelas," kata Canning
Sumber: detik.com
Komentar Anda :