www.riau12.com
Selasa, 07-Mei-2024 | Jam Digital
17:06 WIB - Ajakan untuk Hidup Sederhana: Jaksa Riau Diminta Tinggalkan Kemewahan | 15:55 WIB - Telah Merancang Visi-Misi, Firdaus Kembali Maju Sebagai Calon Gubernur Riau Periode 2024-2029 | 15:39 WIB - Tak Terima Jual Tanah Orang Tua, Pria Kampar Tega Bacok Abang Kandung Sendiri | 15:14 WIB - Diiringi Ratusan Pendukung, Abdul Wahid Serahkan Berkas-berkas ke PDIP dan Nasdem Siang Ini | 15:02 WIB - Setdako Pekanbaru: Jukir Tak Beri Layanan, Biaya Parkir Boleh Tak di Bayar | 14:39 WIB - Capai Target IKD, Disdukcapil Pekanbaru Lakukan Jemput Bola
 
Disertasi Manusia Setengah Ular Dosen Antropologi UI Mendapat Penghargaan Frobenius Research Jerman
Kamis, 29-02-2024 - 13:32:28 WIB

TERKAIT:
   
 

Riau12.com-Jakarta - Geger Riyanto meraih penghargaan disertasi antropologi terbaik di negara-negara berbahasa Jerman dari lembaga antropologi tertua Jerman, Frobenius Institute. Disertasi peraih Frobenius Research Award ini mengusung soal warisan budaya tidak dimuseumkan dan mitos manusia setengah ular yang jadi asal-usul masyarakat Buton di Seram Utara, Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah.

Dilansir DW, disertasi berjudul Being Strangers in Eastern Indonesia: Misunderstanding and Suspicion of Mythical Incorporation among the Butonese of North Seram dirampungkan Geger saat studi di Institut Etnologi Universitas Heidelberg, Jerman. Dengan disertasi ini, ia menjadi orang di luar Eropa yang meraih penghargaan tersebut.

Riset Mitos Siluman Ular Masyarakat Buton
Geger menjelaskan, legenda asal-usul masyarakat Buton ini berawal dari tokoh La Ode Wuna. Siluman ular ini memiliki setengah badan ke atas seperti manusia dan setengah badan ke bawah seperti ular.

Ayah La Ode Wuna adalah Raja Muna, yang menduduki wilayah dekat Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Keluarga La Ode Wuna menyembunyikannya karena sosoknya dianggap aib.

La Ode Wuna dewasa kelak dianggap melakukan tindakan yang kurang baik menurut standar raja. Dalan salah satu versi mitos ini, ia lalu pergi dari kediamannya, tetapi masih bisa melihat asap dari Pulau Muna yang membuatnya ingat masa lalu.

Baru ketika sampai di Gunung Manusela, Pulau Seram, ia tidak bisa lagi melihat asap dari kampung halamannya. Ia kemudian membangun kerajaan di Pulau Seram dan membangun kerajaan di sana.

La Ode Wuna, yang berasal dari Sulawesi Tenggara, dianggap sebagai orang Buton pertama yang migrasi ke Pulau Seram.

Siluman Ular dan Hak Tanah di Pulau Seram

Geger mengatakan, legenda ini kemudian diketahui orang-orang Buton dari abad ke-19, masa ketika mereka masih bermigrasi ke Pulau Seram. Cerita La Ode Wuna bagi masyarakat Buton jadi ilustrasi bahwa mereka juga sudah sejak dulu di Pulau Seram.

Artinya, mereka juga berhak atas tanah di sana. Namun, selama ini mereka dipandang sebagai warga pendatang.

"Maka mendengar cerita ini, mereka berpikir jangan-jangan ini leluhur saya. Mereka yang sudah empat generasi di Seram, menganggap hal ini sebagai fakta menarik, karena selama ini selalu dianggap sebagai pendatang, yang dianggap tak punya hak atas tanah, bisa dibilang sebagai tamu atau menumpang di pulau atau 'rumah' orang," jelasnya.

Geger menuturkan, cerita La Ode Wuna yang dikembangkan dan ditangkap orang-orang Buton turut menentukan sejarah Seram. Di samping tafsirnya sebagai cerita mistis akan sosok berbadan ajaib, kisah ini juga ditafsirkan sebagai penjelasan atas asal-usul orang Buton di Pulau Seram, yang memiliki leluhur dan sudah sejak dulu di sana, dan punya hak atas tanah.

"Ini cerita drama sosial politik di Seram khususnya dan di Maluku umumnya, dan itulah sebabnya cerita ini jadi subjek yang saya analisa dalam disertasi saya," ujarnya.

Warisan Budaya Tak Dimuseumkan

Geger juga membahas tentang warisan budaya yang tidak dimuseumkan pada disertasinya. Ia menuturkan, objek sejarah dapat dipakai masyarakat sebagai bukti sejarah atas keberadaannya sejak dulu di suatu tempat. Untuk itu, objek sejarah justru dapat berguna dan punya arti dengan tidak dimuseumkan tetapi bersirkulasi dan digunakan masyarakat.

"Objek sejarah itu juga punya artinya sendiri dan itu bisa jadi berguna, bukan justru dengan dimuseumkan atau ditaruh di tempat terpisah yang di kotak-kotakkan begitu, tapi justru dengan menjadi bukti sejarah yang dipakai oleh masyarakat," ucapnya.

"Misalkan untuk menunjukkan 'Oh saya sebagai bagian dari masyarakat sudah ada lebih dahulu dari komunitas lain, dan ini barang buktinya' atau misalkan untuk bilang ke orang dari kelompok masyarakat lain kalau 'nenek moyang kamu sudah ada di masyarakat kami dari zaman dahulu, ini bukti barang sejarahnya'," jelasnya.

Ia menuturkan, di tengah klaim orang mana yang paling pertama tinggal di suatu tempat, tanah, dan hak-hak lainmya, masyarakat tetap akan perlu saling rangkul. Ini juga dapat terlihat dari warisan budaya yang tidak dimuseumkan.

Geger mencontohkan, kecenderungan kerja sama dan aliansi mendukung mereka bertahan sebagai sebuah masyarakat. Objek budaya terkait kerja sama, seperti gong, adalah simbolnya

Sumber: detik.com



 
Berita Lainnya :
  • Disertasi Manusia Setengah Ular Dosen Antropologi UI Mendapat Penghargaan Frobenius Research Jerman
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    7 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved