Riau12.com-Jakarta - Mukhamad Ngainul Malawani meraih gelar doktor dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4.00 dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia juga meraih predikat lulus tercepat dalam 2 tahun, 8 bulan, 17 hari, sedangkan masa studi rata-rata program S3 yaitu 4 tahun 9 bulan.
Ngainul bahkan merampungkan 2 program doktor di kampus berbeda, yaitu S3 Ilmu Geografi UGM dan S3 University of Paris 1 Panthéon-Sorbonne. Perkuliahannya di UGM rupanya ia lakukan secara daring dari Prancis.
"Saya ambil kuliah di dua tempat. Di UGM terdaftar Januari 2021. Di Perancis, compulsory course telah selesai pada tahun pertama, jadi tinggal melanjutkan riset. Karena tahun 2021 juga masih suasana pandemi, kuliah di UGM pun semua dijalankan online tanpa harus saya pulang ke Indonesia," kata Ngainul, dikutip dari laman UGM, Jumat (26/1/2024).
Anak Guru Ngaji Kejar Pendidikan Tinggi
Laki-laki 31 tahun ini diwisuda S3 di UGM pada Rabu (24/1/2024) lalu. Ia menjadi salah satu dari 836 lulusan program pascasarjana UGM di wisuda tersebut.
Ngainul terlahir dari ayah dan ibu yang seorang guru mengaji di kampungnya, Palbapang, Bantul, Yogyakarta. Setiap sore dan malam, anak-anak setempat belajar di rumahnya. Keluarga Ngainul sehari-hari juga beternak dan bertani.
"Kedua orang tua saya guru ngaji di kampung. Ada surau kecil di samping rumah. Banyak anak-anak yang belajar di tempat kami ketika sore dan malam hari," tuturnya.
Ngainul menuturkan, ayah dan ibunya mendidik sang anak hidup sederhana dan beragama. Didikan orang tua juga memotivasinya terus meraih pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Ia semula menempuh pendidikan S1 Geografi Lingkungan UGM dan lulus pada 2014. Ia kemudian melanjutkan studi ke jenjang S2 dan lulus dari Magister Geografi UGM pada 2017.
Ngainul kelak menjadi tenaga pengajar di Fakultas Geografi UGM sejak 2018. Untuk itu, ia lanjut kuliah S3 di Prancis pada November 2019 lewat kerja sama UGM - Universitas Paris 1 Panthéon-Sorbonne dan kerja sama Fakultas Geografi UGM dengan Ecole Doctorale Geographie de Paris. Kerja sama ini juga meliputi pembukaan program double degree jenjang doktor.
"Kebetulan saya jadi mahasiswa di sana dan terjalinnya hubungan baik yang sudah sangat lama antar kedua institusi, maka MoU dan Agreement dicoba untuk dijalankan," terangnya.
"Di sana saya mengambil program join supervision, agar dapat dibimbing oleh supervisor dari Prancis dan Indonesia," ucap Ngainul.
Kuliah di dua kampus berbeda dalam satu waktu bagi Ngainul bukan hal yang mudah. Bimbingan supervisor bagi Ngainul berperan dalam penyelesaian studi S3-nya tepat waktu.
"Berkat supervisi Prof Franck Lavigne dan Dr Danang Sri Hadmoko, riset saya cepat selesai. Selain dukungan akademis, para supervisor juga memberikan dukungan finansial riset karena penelitian dilakukan di Lombok," jelasnya.
Ngainul menuturkan, ia juga bersyukur atas dukungan keluarga kecilnya serta doa dan bimbingan kedua orang tua di Tanah Air. Berkat keluarganya tersebut, ia dapat lulus S3 di Prancis dan UGM.
"Saya berkeluarga sejak 2017. Anak pertama lahir 2019, sebulan sebelum saya berangkat ke Prancis. Keluarga saya tidak ikut saya selama studi, kecuali saat ujian pendadaran saja mereka hadir ke Prancis," katanya.
Sumber: detik.com
Komentar Anda :