www.riau12.com
Senin, 01-Desember-2025 | Jam Digital
08:47 WIB - Harga BBM Non-Subsidi Naik per 1 Desember 2025, Pertamax Tembus Rp12.750 per Liter | 16:28 WIB - Studi Harvard 85 Tahun Ungkap Pekerjaan Paling Bikin Tidak Bahagia | 16:20 WIB - Minim PJU, Truk Kontainer Kembali Tabrak Portal di Jembatan Siak I Pekanbaru | 09:41 WIB - BMKG Prediksi Hujan Lebat Disertai Petir Landa Kuansing, Inhu, dan Inhil Sore Hingga Dini Hari Ini | 16:00 WIB - Riau Job Fair 2025 Dibuka 2–4 Desember, 61 Perusahaan Tawarkan 2.437 Lowongan Kerja | 15:50 WIB - Kesabaran Menghadapi Bencana, Janji Kemenangan dari Allah SWT bagi Orang Beriman
 
Minyak Rusia Jadi Pemicu, AS dan China di Ambang Perang Dagang Jilid II
Selasa, 16-09-2025 - 11:40:06 WIB

TERKAIT:
   
 

Riau12.com--Perseteruan dagang Amerika Serikat (AS) dan China kembali mencapai titik panas. Presiden Donald Trump mengancam bakal mengenakan tarif impor hingga 100 persen terhadap barang-barang asal Beijing. Ancaman ini dipicu oleh sikap China yang masih membeli minyak mentah dari Rusia, meski NATO dan sekutunya telah menjatuhkan sanksi keras terhadap Moskow.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, langsung menolak tekanan sepihak Washington. Ia menegaskan, kerja sama energi dengan Rusia adalah hak sah China dan tidak bertentangan dengan aturan perdagangan internasional.

“Langkah yang diambil AS adalah bentuk unilateralisme, intimidasi, dan pemaksaan ekonomi. China berhak bekerja sama dengan siapa pun sesuai kepentingannya,” kata Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Senin (15/9/2025).

Menurutnya, kebijakan tarif Trump justru berisiko merusak stabilitas rantai pasokan global. “Pemaksaan tidak pernah menyelesaikan masalah, apalagi memenangkan hati dan pikiran,” tambahnya.

Trump sebelumnya menulis di akun Truth Social bahwa tarif setinggi 50–100 persen perlu diberlakukan untuk “mematahkan cengkeraman Beijing atas Rusia.” Ia juga menuding NATO tidak sepenuhnya serius menekan Moskow karena sebagian anggotanya masih membeli minyak Rusia.

China bereaksi keras. Lin Jian menegaskan bila kepentingan nasional mereka dirugikan, Beijing siap melancarkan langkah balasan. “Kami akan bertindak tegas melindungi kedaulatan dan kepentingan pembangunan kami,” ujarnya.

Situasi ini menambah ketidakpastian global. Negara-negara G7 dan Uni Eropa memang sudah menghentikan impor minyak Rusia serta menetapkan batas harga. Namun, Rusia justru memperbesar pasokan ke China dan India. Trump bahkan sudah menjatuhkan tarif tambahan 25 persen pada produk India karena alasan serupa.

China sendiri tetap pada posisinya terkait krisis Ukraina: mendorong dialog dan negosiasi, bukan sanksi sepihak. Namun, ancaman tarif dari Washington dikhawatirkan bisa memicu perang dagang jilid baru, dengan dampak yang berpotensi mengguncang perekonomian dunia.




 
Berita Lainnya :
  • Minyak Rusia Jadi Pemicu, AS dan China di Ambang Perang Dagang Jilid II
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    7 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved