Riau12.com-KOREA SELATAN - Penembakkan rudal balistik terjadi pada hari Senin (18/3/2024), yang dilakukan oleh Korea Utara (Korut) saat Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken sedang mengunjungi Korea Selatan (Korsel). Blinken yang berada di Seoul sedang menghadiri KTT Demokrasi ketiga yang diselenggarakan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol.
Ini merupakan sebuah inisiatif dari Presiden AS Joe Biden, yang akan diselenggarakan oleh Korea Selatan dalam minggu ini. Blinken juga akan bertemu dengan mitra yang berasal dari Korea Selatan di sela-sela forum tersebut. Washington dan Seoul sudah menyelesaikan salah satu latihan militer gabungan tahunan terbesar mereka pekan lalu, inilah yang memicu reaksi marah dari Korea Utara (Korut) negara yang memiliki senjata nuklir.
"Korea Utara menembakkan rudal balistik yang tidak dijelaskan secara spesifik ke arah Laut Timur,” kata Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan, mengacu pada perairan yang juga dikenal sebagai Laut Jepang, sebagaimana dikutip dari AFP.
Musuh diabetes telah ditemukan! Gula turun menjadi 3,9
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mengutuk atas peluncuran rudal yang dilakukan Korea Utara tersebut. Jepang mengatakan, telah mendeteksi peluncuran rudal balistik kedua oleh Korea Utara.
"Serangkaian tindakan Korea Utara mengancam perdamaian dan keamanan kawasan kami dan komunitas internasional dan benar-benar tidak dapat diterima,” kata Kishida yang juga mengatakan peluncuran tersebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi PBB.
Pyongyang bulan ini memperingatkan bahwa Seoul dan Washington akan membayar “harga yang mahal” atas latihan Freedom Shield dan mengumumkan bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah mengarahkan unit artileri yang telah diklaim mampu menyerang ibu kota Korea Selatan. Korea Utara yang memiliki senjata nuklir telah lama mengutuk latihan militer gabungan AS-Korea Selatan yang disebut sebagai latihan invasi. Mereka telah melakukan uji coba senjata di masa lalu sebagai respon terhadap latihan gabungan sebelumnya.
Seoul adalah salah satu sekutu regional utama Washington, dan Amerika Serikat telah menempatkan sekitar 27.000 tentara Amerika di Korea Selatan untuk membantu melindungi negara tersebut dari ancaman Korea Utara. Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, juga meningkatkan hubungan dengan Washington dan berusaha mengubur sejarah dengan bekas kekuatan kolonial Jepang untuk lebih waspada terhadap ancaman Pyongyang.
Sepanjang tahun ini, Pyongyang telah menyatakan Korea Selatan sebagai “musuh utama”, membuang lembaga-lembaga yang berdedikasi pada reunifikasi dan penjangkauan dan mengancam perang atas “bahkan 0,001 mm” pelanggaran teritorial.
Kini, unjuk kekuatan yang dilakukan Pyongyang terjadi tepat setelah militer Korsel dan AS merampungkan latihan militer gabungan tahunan skala besar selama 10 hari pada Kamis lalu. Pada Minggu (17/3/2024), militer Korea Selatan juga mengerahkan marinir, helikopter serang, dan kendaraan serbu amfibi dalam latihan yang bertujuan meningkatkan jumlah pasukan untuk memperkuat pulau-pulau di bagian barat dekat perbatasan lautnya dengan Korea Utara.
Korut sendiri pernah menembaki pulau-pulau itu pada 2010. Dalam peluncuran rudal balistik terakhirnya pada 14 Januari lalu, Korut menembakkan rudal hipersonik jarak menengah yang menggunakan bahan bakar padat untuk menguji mesin booster baru dan hulu ledak yang dapat bermanuver. Sebulan kemudian, negara komunis itu meluncurkan beberapa rudal jelajah di lepas pantai timurnya, termasuk rudal antikapal baru.
Sumber: Haluanriau.co
Komentar Anda :