Merawat Semesta Dengan Cinta”: Kisah H Abdurahman Yus Memimpin Perguruan Islahiyah Panipahan
Riau12.com-BAGANSIAPIAPI – Peringatan Hari Guru ke-80 Tahun 2025, yang digelar serentak di seluruh Indonesia, Selasa (25/12/2025), menjadi momen refleksi bagi jutaan pendidik. Di antara mereka, terdapat H Abdurahman Yus, Spdi, tokoh pendidikan asal Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, yang telah mengabdikan diri selama lebih dari empat dekade untuk dunia pendidikan.
Tema peringatan tahun ini, “Merawat Semesta Dengan Cinta”, seolah mencerminkan perjalanan panjang Abdurahman dalam mengabdi. Di usianya yang kini 66 tahun, ia masih memimpin Perguruan Islahiyah Panipahan, salah satu sekolah swasta berbasis agama terbesar di wilayah pesisir Rohil.
Abdurahman memulai kariernya sebagai guru pada 1985 di Kota Medan. Ia pernah menjadi guru bantu di sekolah swasta dan mengajar mengaji anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Dua tahun kemudian, ia diangkat sebagai guru di Perguruan Budi Agung Medan. Lahir pada 1959 sebagai anak kelima dari enam bersaudara, Abdurahman merupakan putra H Faqih Mohd Yunus dan Hj Mahdewan, seorang guru agama asal Sungai Sarang Burung, Pasir Limau Kapas, yang merantau ke Medan sejak 1960.
Selama 17 tahun mengajar di Yayasan Budi Agung, Abdurahman menekuni profesinya sebagai guru non-PPPK. Ia menikah dengan Sri Dhiyani dan dikaruniai enam anak, salah satunya menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar Mesir.
Tahun 2004 menjadi titik balik dalam hidupnya ketika ia memutuskan kembali ke kampung halaman di Panipahan untuk mengurus Yayasan Islahiyah Panipahan, lembaga pendidikan berbasis Islam yang didirikan keluarganya di atas tanah wakaf almarhum Faqih Rahman. Yayasan ini mengelola pendidikan mulai dari Takmiliah, Ibtidaiyah, Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah, dan kini menjadi salah satu sekolah swasta berbasis agama terbesar di Kecamatan Pasir Limau Kapas.
Sejak kepulangannya, Abdurahman membenahi sistem pendidikan dan manajemen sekolah sehingga Perguruan Islahiyah berkembang menjadi sekolah favorit dengan jumlah siswa lebih dari seribu. "Begitu memilih pulang kampung, ada tekad untuk memajukan sekolah ini dan membawa perubahan bagi pendidikan di Panipahan. Itu yang membuat saya awalnya tertantang," kenangnya.
Ia mengaku meninggalkan kenyamanan hidup di kota besar seperti Medan bukan keputusan mudah. Namun kerja keras bersama para guru dan tenaga pendidik membuat sekolah tersebut mampu bersaing. “Banyak suka dan dukanya. Tapi dengan usaha bersama, sekolah ini berkembang, jumlah siswanya banyak, dan punya nama besar,” ujarnya.
Meski berada di daerah terluar, berjarak 58 mil dari Bagansiapiapi dan berbatasan langsung dengan tiga kabupaten di Sumatera Utara — Asahan, Labuhan Batu, dan Labuhan Batu Selatan — Abdurahman memastikan kualitas pendidikan tetap dijaga dengan ketat.
“Alhamdulillah banyak alumni MAN Islahiyah yang sudah berhasil dan bekerja di luar Rohil,” ungkapnya usai menerima nasi tumpeng dalam acara dadakan dari majelis guru dan para siswa sebagai bentuk penghargaan atas pengabdiannya.
Perjalanan panjang Abdurahman Yus menjadi inspirasi nyata bagi para pendidik dan generasi muda di Rokan Hilir, menunjukkan bahwa dedikasi dan cinta terhadap pendidikan mampu membawa perubahan nyata bagi masyarakat.
Komentar Anda :