Saat sidak di SDN 010, Jhony Charles dikejutkan dengan temuan absensi guru yang tidak sesuai. Ia menemukan nama guru PPPK yang tidak pernah hadir mengajar, namun tetap menerima gaji. Tak hanya itu, dua nama honorer yang tidak nyata juga tercantum dalam daftar hadir.

"Setelah saya cek, menurut guru di sini, NG tidak pernah mengajar tapi tetap menerima gaji. Hal ini diketahui dari slip gaji yang ada," ujar Jhony Charles.

Ia mengaku sangat menyayangkan kondisi ini dan menegaskan perlunya pembenahan serius. “Jangan disebut saya marah, saya tidak marah. Tapi menemukan guru tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya ini sangat saya sayangkan,” akunya.

Jhony Charles menduga telah terjadi pelanggaran administrasi dan keuangan yang harus segera ditelusuri. Ia langsung menghubungi Kepala Inspektorat, Kepala BKDSDM, dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Rokan Hilir untuk menangani persoalan tersebut.

"Di SDN 010 ditemukan guru PPPK tidak menjalankan tugas, dan di SDN 037 ditemukan honorer fiktif. Hal seperti ini harus kita selesaikan," keluhnya.

tenaga honor yang harus membayar hingga Rp10 juta untuk bisa diangkat sebagai pegawai PPPK, sementara ada pula honor dengan nilai Rp1 juta yang tidak jelas keberadaannya.

"Adanya pegawai PPPK tidak menjalankan tugas serta dua honorer fiktif ini membuat saya tak habis pikir," ungkap Jhony Charles.

Ia meminta Inspektorat Rokan Hilir segera melakukan pemeriksaan dan menindak tegas oknum-oknum yang terlibat. "Saya sudah hubungi Inspektorat, BKDSDM, dan Dinas Pendidikan untuk mencocokkan kembali data pegawai PPPK ini," tegasnya.

Tak hanya soal kepegawaian, Jhony Charles juga meminta pihak sekolah memperbaiki fasilitas hingga kebersihan toilet. Menurutnya, sekolah dasar adalah tempat anak-anak belajar, sehingga lingkungan harus bersih, disiplin, dan nyaman.

Sebagai alumni universitas di Amerika Serikat, ia menekankan pentingnya pendidikan dasar yang bermutu dan lingkungan sekolah yang sehat. (***)

Sumber: Goriau