www.riau12.com
Kamis, 16-Oktober-2025 | Jam Digital
16:00 WIB - Rp50 Miliar untuk Infrastruktur: Pemkab Rohil Fokus Perkuat Akses Antarwilayah Tahun 2025 | 15:45 WIB - Polresta Pekanbaru Tetapkan FAS Tersangka Dugaan Persetubuhan dan Pelanggaran UU ITE | 15:36 WIB - Pajak BBM Riau Kalah dengan Kaltim, DPRD Tekan Pemerintah Segera Tindaklanjuti | 15:29 WIB - Digital Hoarding: Kebiasaan Menimbun Data yang Bisa Ganggu Produktivitas dan Kesehatan Mental | 15:16 WIB - DPRD Kuansing Sebut Keterlambatan SPMT Bentuk Pembangkangan Pemkab Terhadap Pusat | 15:02 WIB - Pembentukan Satgas Pengawasan RoRo Bengkalis Menuai Pro dan Kontra
 
Pilu Romusha Jalur Kereta Pekanbaru–Muaro: Upah Hilang, Daging Hutan Jadi Santapan
Senin, 18-08-2025 - 14:56:39 WIB

TERKAIT:
   
 

Riau12.com-PEKANBARU – Penderitaan para Romusha di proyek pembangunan jalur kereta api Pekanbaru–Muaro Sijunjung menjadi bukti nyata kekejaman penjajahan Jepang. Proyek besar yang dikerjakan sejak awal 1940-an itu berlangsung di tengah kondisi Jepang yang sudah terdesak di banyak front peperangan.

Sejak serangan Pearl Harbour, posisi Jepang semakin goyah. Pertempuran besar seperti di Midway dikuasai Amerika, membuat logistik Jepang tersendat. Akibatnya, segala hal yang tidak berkaitan langsung dengan garis depan dikesampingkan, termasuk proyek jalur kereta Sumatra.

Romusha, yang awalnya dijanjikan sebagai tenaga kerja bayaran, perlahan kehilangan haknya. Upah dipangkas, jatah makan dikurangi, hingga akhirnya mereka tidak lagi menerima bayaran maupun makanan layak.

Hampir tak ada yang bisa dimakan selain rebusan sayur encer dan air minum. Jika beruntung, pekerja bisa mendapat tambahan makanan dari hutan, seperti dari pisang, ketela, umbi-umbian, talas hutan, bahkan daging tikus, ular, babi hutan, hingga ikan di sungai dan rawa, seperti yang ditulis Henk Hovinga, dalam Op Dood Spoor, dikutip RIAU ONLINE, Senin, 18 Agustus 2025.

KPK Periksa 2 ASN Sebagai Saksi Dugaan Korupsi Flyover SKA
DP Rumah Subsidi Digratiskan bagi Peserta BPJS Ketenagakerjaan
Untuk bertahan hidup, para pekerja dipaksa memasak sendiri dengan cara amat sederhana demi mendapat asupan makanan tambahan di akhir pekerjaan saat menjelang sore, bahkan di tengah gelap malam sudah gelap. Di bawah mandor-mandor Korea yang kejam itu, mereka berkongsi dua hingga tiga orang, merebus atau membakar hasil buruan tanpa bumbu, bahkan seringkali tanpa garam.

Hidangan mereka jauh dari kata layak, apalagi nikmat. Semua hanya agar perut tetap terisi. Makan bagi Romusha bukan soal kenyang, melainkan soal bertahan hidup, sebagaimana dikisahkan penyintas pekerja paksa (PoW) beserta keluarga.(***)

Sumber: Riauonline



 
Berita Lainnya :
  • Pilu Romusha Jalur Kereta Pekanbaru–Muaro: Upah Hilang, Daging Hutan Jadi Santapan
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    7 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved