Dari Pelabuhan Sungai Duku, sebuah kapal patroli bersiap berangkat. Di atasnya, Wali Kota (Wako) Pekanbaru Agung Nugroho berdiri bersama sang istri, tersenyum menyapa warga yang melambaikan tangan dari tepi sungai.

Kapal mulai melaju, meninggalkan deru mesin yang berbaur dengan aroma khas sungai. Di kiri kanan, rumah-rumah warga berdiri bersahaja, beberapa di antaranya sudah renta dimakan waktu. Anak-anak berlari di tepian, sambil tertawa, seakan menyambut rombongan yang sedang menapak tilas jalur kehidupan nenek moyang mereka.

"Sungai ini adalah bagian dari Pekanbaru. Dulu, ini satu-satunya jalur untuk menuju ke kota. Peradaban kita dimulai dari sini," kata Agung, matanya menyapu permukaan air yang tenang namun penuh cerita.

Patroli hari itu bukan hanya soal menengok masa lalu. Agung membawa misi untuk menghidupkan kembali Sungai Siak membersihkan, menata, dan memanfaatkannya sebagai jalur ekonomi yang aman.

"Kami mau pastikan semuanya terpantau, juga tidak ada celah untuk masuknya narkoba lewat jalur ini," ujarnya tegas.

Perjalanan berakhir di Rumah Singgah Tuan Kadi, bangunan bersejarah yang dulu menjadi persinggahan pedagang dan pelaut. Di sana, beberapa warga setempat menunggu.

Bagi Agung, Sungai Siak bukan hanya air yang mengalir menuju laut. Ia adalah urat nadi yang menghubungkan masa lalu dan masa depan Pekanbaru, warisan yang perlu dirawat, dijaga, dan diberi kehidupan baru, agar anak cucu kelak tetap bisa merasakan denyut sejarah di setiap riak airnya.(***)

Sumber: Riaupos