Petani Karet di Bengkalis Menjerit
Jumat, 19-02-2016 - 20:16:03 WIB
 |
Ilustrasi
|
BENGKALIS,Riau12.com-Harga komoditi getah karet di Pulau Bengkalis jauh dari harapan dan pasca Imlek beberapa waktu lalu, sejak sepekan terus mengalami penurunan. Merasakan situasi seperti itu, petani karet di daerah hanya bisa pasrah.
Sejak Oktober 2015 tahun lalu hingga pertengahan Januari 2016 sempat mengalami kenaikan mampu berkisar Rp7 ribu perkilo, yang sebelumnya hanya seharga Rp4 ribu- Rp5ribu perkilo. Namun, memasuki Februari kembali mengalami penurunan dan hanya berkisar Rp4 ribu-5 ribu perkilo, bahkan menjelang pertengahan Februari ini, komoditi andalan mayoritas penduduk di daerah ini turun mencapai Rp3 ribu- Rp4 ribu untuk perkilogram-nya.
"Harus bagaimana lagilah bang, sekarang harganya dikisaran Rp5 ribu perkilo kalau lebih 400-an rupiah," ungkap Seri (28), salah seorang petani karet di Desa Jangkang, Kecamatan Bantan, Jumat (19/2/16).
Menurunnya harga getah karet dan sumber penghasilan utama itu, juga membuat resah para petani di Desa Wonosari, Kecamatan Bengkalis. Harga komoditi di daerah ini, mengalami penurunan cukup drastis. Sebelumnya, harga mampu menembus Rp5 ribu saat ini hanya berkisar Rp3.500 untuk perkilonya.
"Terasa betul harganya turun. Sekarang yang belum berendam hanya Rp3.500 perkilo yang sudah berendam Rp4 ribu. Ya harus bagaimana lagi, bahan pangan sudah naik semua harus pandai-pandailah," ungkap Wak (58), salah seorang warga setempat.
Sebelumnya, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Bengkalis Masuri mengatakan, dengan terus menurunnya harga komoditi khususnya getah karet di pasaran sebagai sumber utama penghasilan petani harus segera disikapi oleh pemerintah.
Menurutnya, petani getah karet tidak punya pilihan selain hanya untuk menjual ke penampung yang ada di Bengkalis. Oleh karena itu, Bengkalis sudah sangat layak memiliki pabrik karet yang representatif yang bisa memproduksi skala besar.
"Dengan adanya infrastruktur yang kuat, dan petani yang handal. Tentunya Bengkalis sudah layak memiliki pabrik dari hulu ke hilir. Dengan catatan masyarakat diajari tentang berkoperasi yang baik, karena setiap desa sudah memiliki dana UED-SP untuk membantu usaha masyarakat. Harus ada langkah untuk menangani harga getah karet yang fluktuatif sehingga petani bisa sejahtera," paparnya beberapa waktu lalu.(r12/rt)
Komentar Anda :