Riau12.com-Jakarta-Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan ketangguhannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot Jumat (31/10) ditutup menguat 38 poin atau 0,23% ke posisi Rp16.598 per dolar AS.
Penguatan rupiah sejalan dengan tren positif yang terjadi di hampir seluruh kawasan Asia. Yen Jepang naik 0,36% ke level ¥153,77 per dolar AS, peso Filipina menguat 0,23% ke ₱58,75 per dolar AS, dolar Singapura naik tipis 0,11% ke S$1,2993 per dolar AS, dan baht Thailand menguat 0,29% ke ฿32,28 per dolar AS.
Dolar AS Melemah, Inflasi Tokyo Jadi Pemicu
Tekanan terhadap dolar AS muncul setelah data terbaru menunjukkan harga konsumen inti di Tokyo naik 2,8% pada Oktober, melampaui ekspektasi pasar. Lonjakan inflasi di ibu kota Jepang tersebut menandakan tekanan harga masih berada di atas target Bank of Japan (BOJ), yang sehari sebelumnya memilih mempertahankan suku bunga acuan di level ultra-rendah.
Kondisi ini memunculkan kekhawatiran bahwa BOJ akan semakin sulit menyeimbangkan kebijakan moneter longgar dengan tekanan inflasi yang meningkat. Akibatnya, dolar AS justru kehilangan daya tariknya di tengah pergeseran minat investor ke aset Asia.
“Penghindaran risiko sebenarnya menguntungkan dolar, tetapi ketidakpastian arah kebijakan The Fed dan BOJ membuat pasar berhati-hati,” ujar Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang di National Australia Bank (NAB).
The Fed Masih Abu-Abu Soal Pemangkasan Suku Bunga
Dari sisi kebijakan moneter Amerika Serikat, pelaku pasar kini menunggu kepastian langkah Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan Desember mendatang.
Berdasarkan data CME FedWatch Tool, peluang The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin turun menjadi 74,7%, dibandingkan 91,1% pada pekan lalu.
Penurunan ekspektasi tersebut mencerminkan keraguan pasar terhadap arah kebijakan bank sentral AS, terutama setelah rilis data ekonomi menunjukkan inflasi masih cukup resisten.
Jepang Ubah Sikap Soal Nilai Tukar Yen
Di sisi lain, Menteri Keuangan Jepang Satsuki Katayama menegaskan bahwa dirinya tidak lagi mendukung pandangan lamanya yang menyebut nilai riil yen ideal berada di kisaran ¥120–¥130 per dolar AS.
Katayama menekankan perlunya kehati-hatian dalam memberikan pernyataan publik mengingat posisinya sebagai pejabat yang mengawasi kebijakan nilai tukar nasional.
Pernyataan ini dinilai sebagai sinyal bahwa pemerintah Jepang berupaya menghindari intervensi verbal berlebihan di tengah volatilitas pasar yang meningkat.
Rupiah Masih Tangguh, Tapi Waspadai Ketidakpastian Global
Penguatan rupiah kali ini mencerminkan optimisme investor terhadap fundamental ekonomi domestik, sekaligus respons atas pelemahan dolar di pasar global.
Namun, analis menilai rupiah masih rentan terhadap sentimen eksternal, terutama jika The Fed menunda pemangkasan suku bunga hingga awal tahun depan.
Jika ketidakpastian global terus berlanjut, pelaku pasar diperkirakan akan beralih ke aset aman (safe haven), yang berpotensi menekan kembali nilai tukar rupiah dalam jangka pendek.
	
    
    
	
	
Komentar Anda :