Ekonom Farouk Alwyni: Pelemahan Dolar AS Momentum Strategis untuk Perkuat Rupiah dan Tarik Investasi
Riau12.com-PEKANBARU – Ekonom Universitas Binawan, Farouk Abdullah Alwyni, menyarankan pemerintah memanfaatkan momentum pelemahan ekonomi Amerika Serikat untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Farouk menilai, meskipun rupiah sempat menguat ke level Rp16.583 per dolar pada 3 Oktober 2025, level terkuat sejak 22 September 2025 yang menyentuh Rp16.582, dalam setahun terakhir rupiah justru mengalami depresiasi sekitar 6 persen dari level Rp15.650.
“Persoalan ‘government shutdown’ di AS menjadi salah satu faktor penguatan rupiah dalam dua pekan terakhir. Selain itu, ekspektasi pasar terhadap rencana The Fed yang akan memangkas suku bunga Fed Funds Interest Rate di bulan Oktober ini turut berpengaruh. Sebelumnya, suku bunga telah dipangkas ke level 4,00 persen – 4,25 persen pada September 2025,” jelas Farouk.
Ia menambahkan, secara umum indeks dolar sedang mengalami penurunan sejak awal tahun 2025, yakni sebesar 9,97 persen. Jika dibandingkan dengan harga emas, dolar telah terdepresiasi sebesar 48,05 persen. “Secara internasional, rupiah seharusnya bisa terus menguat. Namun faktanya, rupiah justru melemah dalam satu tahun terakhir terhadap dolar. Ini menunjukkan ada pekerjaan rumah besar bagi pemerintah untuk menciptakan rupiah yang stabil dan kuat,” tegas Farouk.
Menurutnya, rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia Tenggara selama 10 tahun terakhir dengan depresiasi sebesar 31,59 persen. Sementara mata uang negara tetangga, seperti bath Thailand, justru terapresiasi 1,47 persen, dan ringgit Malaysia hanya melemah 20,68 persen.
Farouk memberikan sejumlah rekomendasi agar pemerintah dapat memperkuat nilai tukar rupiah. Pertama, mendorong realisasi MoU dengan China untuk menggunakan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan bilateral, dan mengembangkan kerja sama serupa dengan negara mitra lainnya.
Selain itu, pemerintah diharapkan memberikan insentif agar hasil ekspor dalam dolar dapat dikonversi ke rupiah. Farouk juga menekankan pentingnya menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan regulasi yang sederhana, birokrasi bersih dan efisien, serta kepastian hukum yang adil, sehingga dapat menarik lebih banyak investasi asing ke Indonesia.
“Faktor-faktor ini sangat krusial untuk memperkuat daya saing Indonesia di mata investor luar negeri,” ujar mantan senior officer Islamic Development Bank ini.
Farouk juga menyoroti sektor pariwisata sebagai salah satu potensi penguatan ekonomi. Menurutnya, Indonesia masih tertinggal dibandingkan Thailand, Malaysia, Vietnam, bahkan China, dalam hal kunjungan wisatawan internasional. Pendekatan pariwisata halal dapat dioptimalkan untuk menarik wisatawan dari negara-negara Teluk dan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
“Pelemahan dolar AS bisa menjadi momentum strategis bagi pemerintah untuk memperkuat rupiah, menarik investasi, dan mendorong sektor pariwisata agar memberi kontribusi maksimal terhadap perekonomian nasional,” tutup Farouk.
Komentar Anda :