www.riau12.com
Minggu, 12-Oktober-2025 | Jam Digital
16:02 WIB - Naskah Akademis Daerah Istimewa Riau Rampung, LAM Riau Tunggu Dukungan Tertulis Pimpinan Daerah | 15:55 WIB - Riau Kirim 17 Peserta ke Olimpiade Madrasah Indonesia, Siap Bersaing di Tingkat Nasional | 15:53 WIB - Bahasa Inggris Masuk Kurikulum Wajib, Integrasi AI dan Digitalisasi Pembelajaran | 15:52 WIB - Pekanbaru Kehilangan Jurnalis Berdedikasi, Muhammad Syukur Dimakamkan di Bangkinang | 15:47 WIB - Pemadaman Terjadwal di Bengkalis, PLN Harap Dukungan dan Kesabaran Pelanggan | 15:33 WIB - Merawat Tuah, Menjaga Marwah: Riau Berkain Hadirkan Kain Tradisional dengan Sentuhan Modern
 
Ekspor Riau Tembus Rp228 Triliun, Tumbuh 24 Persen: CPO Jadi Penopang, Impor Justru Melemah
Sabtu, 04-10-2025 - 14:36:58 WIB

TERKAIT:
   
 

Riau12.com-PEKANBARU – Perekonomian Riau terus menunjukkan tren positif. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Provinsi Riau sepanjang Januari–Agustus 2025 mencapai US$14,22 miliar atau sekitar Rp228 triliun (kurs Rp16.000 per dolar AS). Angka ini melonjak 24,38 persen dibanding periode sama tahun lalu.

CPO Masih Raja, Pasar Semakin Beragam

Minyak nabati, khususnya crude palm oil (CPO) dan turunannya, masih menjadi penyokong utama ekspor Riau. Sepanjang delapan bulan pertama 2025, ekspor minyak sawit mencapai US$2,65 miliar, melonjak 50,35 persen dibanding tahun sebelumnya.

Produk lain juga menunjukkan kinerja impresif, seperti **buah-buahan (naik 80,58 persen) dan bahan kimia (naik 42,18 persen).

Dari sisi tujuan ekspor, Tiongkok tetap menjadi pasar terbesar dengan nilai US$2,01 miliar, disusul India (US$1,31 miliar) dan Malaysia (US$977 juta). Namun yang menarik, pasar nontradisional seperti Bangladesh dan Brasil** justru mencatat lonjakan tertinggi, masing-masing 156,32 persen dan 270,26 persen.

“Diversifikasi pasar memberi ruang perlindungan bila terjadi gejolak di pasar utama. Ini pertanda positif,” kata Gatot.

Pasar ASEAN juga makin kuat dengan total ekspor US$2,49 miliar, tumbuh 57,82 persen. Gatot menyebut hal ini menandai pergeseran penting arah perdagangan Riau.

“Riau bukan hanya bergantung pada Tiongkok dan India, tapi juga mulai memanfaatkan integrasi ekonomi ASEAN,” jelasnya.


Impor Turun Tajam, Sinyal Ganda bagi Ekonomi

Sementara itu, kinerja impor Riau justru melemah. Total impor selama Januari–Agustus 2025 hanya US$1,10 miliar, turun 17,07 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Penurunan tajam terjadi pada Agustus yang anjlok 36,08 persen menjadi US$123 juta.

Impor barang modal dan barang konsumsi bahkan tertekan lebih dari 60 persen, sedangkan bahan baku dan penolong turun 3,79 persen.

Menurut Gatot, data ini menyimpan dua makna.

 “Pertama, bisa jadi industri lokal makin efisien karena mampu memenuhi kebutuhan bahan baku dalam negeri. Tapi di sisi lain, penurunan barang modal menandakan investasi baru mulai melambat,” paparnya.

Ia menilai, penurunan impor barang modal seperti mesin dan peralatan industri adalah sinyal yang perlu diwaspadai.

“Kalau turun 61 persen, artinya ekspansi industri melambat. Dalam jangka panjang, ini bisa menekan daya saing,” jelasnya.

Surplus Melebar, Tapi Ada Risiko

Meski impor turun, surplus perdagangan Riau tetap sangat besar, mencapai US$13,11 miliar sepanjang delapan bulan pertama 2025. Dari jumlah itu, US$12,41 miliar berasal dari sektor nonmigas.

“Surplus ini salah satu yang tertinggi di Indonesia. Riau masih jadi lokomotif ekspor, terutama untuk sawit,” kata Gatot.

Namun, ia mengingatkan bahwa ketergantungan tinggi terhadap sawit membuat Riau rentan terhadap fluktuasi harga global dan kebijakan keberlanjutan Uni Eropa.

 “Kalau harga sawit jatuh atau ada hambatan nontarif, dampaknya langsung terasa,” ujarnya.

Perlu Hilirisasi dan Investasi Baru

Gatot menilai, hilirisasi dan diversifikasi ekspor menjadi kunci keberlanjutan ekonomi Riau.

 “Jangan sampai ekspor naik, tapi petani dan masyarakat kecil tak merasakan manfaat langsung,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa penurunan impor barang modal bisa menjadi ancaman jangka menengah.

 “Kalau investasi baru tak masuk, tiga sampai lima tahun ke depan ekspor bisa stagnan. Riau butuh iklim investasi yang kondusif dan kepastian hukum,” katanya.

Menutup pandangannya, Gatot menyimpulkan:

 “Ekspor tumbuh tinggi, impor turun, dan surplus melebar. Ini kabar baik, tapi di baliknya ada sinyal perlambatan investasi. Pemerintah harus menyiapkan kebijakan antisipatif sejak dini.”

Dengan capaian hingga Agustus, Riau berada di jalur positif untuk mencetak rekor ekspor baru pada akhir 2025. Tantangan ke depan adalah menjaga keseimbangan antara pertumbuhan, pemerataan, dan keberlanjutan ekonomi daerah.




 
Berita Lainnya :
  • Ekspor Riau Tembus Rp228 Triliun, Tumbuh 24 Persen: CPO Jadi Penopang, Impor Justru Melemah
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    7 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved