www.riau12.com
Senin, 13-Oktober-2025 | Jam Digital
16:00 WIB - Gemilang! Siswa Riau Boyong 12 Medali di OSN 2025, Bukti Kualitas Anak Negeri Lancang Kuning | 15:58 WIB - DPRD Riau Desak Pemprov Segera Sahkan RKPD 2026, Khawatir Pembahasan APBD Molor | 15:50 WIB - Muammar Alkadafi: Alih Status PPPK Jadi PNS Tak Timbulkan Beban Fiskal, Anggaran Sudah Ada | 15:36 WIB - Dana Siap, Dokumen Tak Lengkap: DPRD Riau Soroti Keterlambatan Gaji Guru ASN | 15:18 WIB - Banjir Tak Kunjung Usai, Pemko Pekanbaru Siapkan Sistem Biopori untuk Kurangi Genangan | 14:52 WIB - Pengemis Raup Rp18 Juta per Bulan di Pekanbaru, Ekonom: Ini Bukan Lagi Soal Sosial, tapi Bisnis!
 
Menggesa Sertifikasi ISPO bagi Kemajuan Industri Kelapa Sawit: BSPJI Pekanbaru Siap Melayani Petani
Jumat, 06-12-2024 - 09:04:11 WIB

TERKAIT:
   
 

Riau12.com - Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2020 (Perpres 44/2020) tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil - ISPO) saat ini memasuki tahap akhir. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tinggal menunggu penandatanganan oleh Presiden.

Revisi Perpres itu membawa angin segar bagi industri kelapa sawit karena semakin meningkatkan daya saing melalui peningkatan tata kelola perkebunan untuk memenuhi standar keberlanjutan.

Adapun rancangan ISPO pada aturan tersebut juga mengalami perluasan ruang lingkup sehingga hanya ada satu ISPO yang diterapkan secara nasional. Seperti mencakup ketelusuran dari rantai pasok minyak sawit atau tracebility, dengan menguatkan konsep hilirisasi.

Dengan begitu tidak ada lagi ISPO hilir, ISPO hulu, ISPO rantai pasok yang selama ini cukup membingungkan masyarakat. 

“Jika sudah rampung, tahun depan Layanan Sertifikasi ISPO ini sudah bisa kita mulai di Riau,” kata Kata Kepala Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Pekanbaru, Siti Rohmatul Ummah kepada tribunpekanbaru.com, Senin (2/12/2024).

Dia mengatakan pihaknya antusias menanti penerapan kebijakan atas keputusan itu. Pasalnya, Riau merupakan provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia.

Oleh karena itu, pihaknya telah mempersiapkan beberapa langkah seperti memberikan pendidikan dan program magang kepada calon auditor ISPO.

“Kita ingin lebih mendekatkan diri dengan industri kelapa sawit di Riau saat ini. Sehingga, ketika mereka butuh layanan ISPO, tak perlu lagi jauh-jauh ke Jakarta karena selama ini hanya ada 26 lembaga swasta sertifikasi ISPO yang lokasinya berada di Pulau Jawa,” ujarnya.

Siti melanjutkan belum lama ini pihaknya menyerahkan sertifikat untuk dua perusahaan sawit terbesar di Riau, yakni Sertifikat Halal kepada PT First Resources dan Sertifikat Industri Hijau kepada PT Wilmar Nabati Indonesia.

Dengan adanya pengalaman itu, BSPJI Pekanbaru optimis mampu mendukung penuh industri sawit Riau dalam meraih sertifikasi ISPO.

Bagi petani maupun pelaku industri kelapa sawit yang ingin berkonsultasi, dapat mengunjungi Balai Kemenperin itu di Jalan Hangtuah No.124.

Layanan Sertifikasi ISPO di BSPJI Pekanbaru diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sawit di Bumi Lancang Kuning. Sebab, hingga Juli 2024 Dinas Perkebunan Provinsi Riau mencatat baru 119 perusahaan yang bersertifikat ISPO dari total 396 perusahaan. Artinya, masih ada 70 persen perusahaan yang belum memiliki sertifikasi tersebut.

Sementara, Perpres 44/2020 menyebut bahwa lima tahun setelah terbitnya perpres atau tepatnya pada tahun 2025 mendatang, para pekebun kelapa sawit wajib memiliki sertifikasi ISPO.

Kepala Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Pekanbaru, Siti Rohmatul Ummah
Kepala Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Pekanbaru, Siti Rohmatul Ummah (IST)

Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika pada Seminar Outlook Industri Sawit Indonesia di Jakarta, Senin (25/11/2024) mengatakan peraturan ketertelusuran keberlanjutan dalam kerangka ISPO yang baru itu akan memperbaiki sektor hilir industri kelapa sawit.

Perbaikan itu, katanya melanjutkan akan menarik penuh produktivitas pada backward linkage sektor hulu sampai forward linkage pada konsumen akhir. 

“Selain itu, ini juga menjadi ikhtiar kita bahwa langkah–langkah tersebut akan berkontribusi pada target antara pencapaian Visi Sawit Indonesia Emas 2045. Visinya yakni pada 2029 Indonesia mampu menghasilkan 240 ragam jenis produk hilir,” tuntasnya.

Milestone Visi Sawit Indonesia Emas 2045
Milestone Visi Sawit Indonesia Emas 2045 (tribunpekanbaru/firmaulisihaloho)

Ketua Bidang Pengembangan Usaha DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Riau, Pandapotan Sitanggang menyambut baik terkait perubahan peraturan tersebut.

Akan tetapi, Dia memberikan beberapa catatan agar menjadi perhatian pemerintah dalam menyelesaikan sertifikasi ISPO bagi para petani.

“Terkait legalitas kepemilikan lahan, bagi perusahaan tentu tidak terlalu menjadi persoalan untuk mengurusnya sebagai salah satu syarat ISPO. Namun bagi petani keci, khususnya di Riau, masih banyak yang legalitasnya tumpang tindih dengan kawasan hutan. Sehingga mereka enggan untuk mengurus sertifikasi tersebut,” sambungnya.

Pandapotan yang pernah mengikuti pendidikan auditor ISPO pada 2021 silam di Bogor ini juga menyoroti belum ada ada perlakuan khusus bagi petani yang sudah mengantongi sertifikasi itu.  Seperti harga TBS petani yang non ISPO dan ISPO relatif sama. 

Menurutnya, pemerintah seharusnya memberikan nilai tambah bagi petani yang sudah mengantongi sertifikat itu.

Meski begitu, berdasarkan penelusuran tribunpekanbaru.com, salah satu keunggulan bagi pemegang sertifikasi ISPO ialah akses pembiayaan dari perbankan.

Sebab, dalam beberapa tahun terakhir industri perbankan juga didorong untuk menerapkan prinsip keberlanjutan seperti green financing atau pembiayaan hijau.

Bank Mandiri contohnya. Portofolio berkelanjutan Bank Mandiri hingga September 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 12,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan nilai mencapai Rp 285 triliun. Dari jumlah tersebut, portofolio hijau mencatat pertumbuhan yang signifikan, yaitu 16,4 persen dengan total Rp142 triliun.

Untuk sektor pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), khususnya bagi kelapa sawit, Bank Mandiri menyematkan salah satu syaratnya adalah sertifikat atau bukti pendaftaran lahan pada ISPO/RSPO.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diharapkan stakeholder terkait dapat bersinergi dalam menuntaskan persoalan sertifikasi ISPO. Bahwa pembangunan ekonomi mesti memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan.(***)

Sumber: Tribunpekanbaru

Menggesa Sertifikasi ISPO bagi Kemajuan Industri Kelapa Sawit: BSPJI Pekanbaru Siap Melayani Petani

Riau12.com - Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2020 (Perpres 44/2020) tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil - ISPO) saat ini memasuki tahap akhir. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tinggal menunggu penandatanganan oleh Presiden.

Revisi Perpres itu membawa angin segar bagi industri kelapa sawit karena semakin meningkatkan daya saing melalui peningkatan tata kelola perkebunan untuk memenuhi standar keberlanjutan.

Adapun rancangan ISPO pada aturan tersebut juga mengalami perluasan ruang lingkup sehingga hanya ada satu ISPO yang diterapkan secara nasional. Seperti mencakup ketelusuran dari rantai pasok minyak sawit atau tracebility, dengan menguatkan konsep hilirisasi.

Dengan begitu tidak ada lagi ISPO hilir, ISPO hulu, ISPO rantai pasok yang selama ini cukup membingungkan masyarakat. 

“Jika sudah rampung, tahun depan Layanan Sertifikasi ISPO ini sudah bisa kita mulai di Riau,” kata Kata Kepala Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Pekanbaru, Siti Rohmatul Ummah kepada tribunpekanbaru.com, Senin (2/12/2024).

Dia mengatakan pihaknya antusias menanti penerapan kebijakan atas keputusan itu. Pasalnya, Riau merupakan provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia.

Oleh karena itu, pihaknya telah mempersiapkan beberapa langkah seperti memberikan pendidikan dan program magang kepada calon auditor ISPO.

“Kita ingin lebih mendekatkan diri dengan industri kelapa sawit di Riau saat ini. Sehingga, ketika mereka butuh layanan ISPO, tak perlu lagi jauh-jauh ke Jakarta karena selama ini hanya ada 26 lembaga swasta sertifikasi ISPO yang lokasinya berada di Pulau Jawa,” ujarnya.

Siti melanjutkan belum lama ini pihaknya menyerahkan sertifikat untuk dua perusahaan sawit terbesar di Riau, yakni Sertifikat Halal kepada PT First Resources dan Sertifikat Industri Hijau kepada PT Wilmar Nabati Indonesia.

Dengan adanya pengalaman itu, BSPJI Pekanbaru optimis mampu mendukung penuh industri sawit Riau dalam meraih sertifikasi ISPO.

Bagi petani maupun pelaku industri kelapa sawit yang ingin berkonsultasi, dapat mengunjungi Balai Kemenperin itu di Jalan Hangtuah No.124.

Layanan Sertifikasi ISPO di BSPJI Pekanbaru diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sawit di Bumi Lancang Kuning. Sebab, hingga Juli 2024 Dinas Perkebunan Provinsi Riau mencatat baru 119 perusahaan yang bersertifikat ISPO dari total 396 perusahaan. Artinya, masih ada 70 persen perusahaan yang belum memiliki sertifikasi tersebut.

Sementara, Perpres 44/2020 menyebut bahwa lima tahun setelah terbitnya perpres atau tepatnya pada tahun 2025 mendatang, para pekebun kelapa sawit wajib memiliki sertifikasi ISPO.

Kepala Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Pekanbaru, Siti Rohmatul Ummah
Kepala Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Pekanbaru, Siti Rohmatul Ummah (IST)

Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika pada Seminar Outlook Industri Sawit Indonesia di Jakarta, Senin (25/11/2024) mengatakan peraturan ketertelusuran keberlanjutan dalam kerangka ISPO yang baru itu akan memperbaiki sektor hilir industri kelapa sawit.

Perbaikan itu, katanya melanjutkan akan menarik penuh produktivitas pada backward linkage sektor hulu sampai forward linkage pada konsumen akhir. 

“Selain itu, ini juga menjadi ikhtiar kita bahwa langkah–langkah tersebut akan berkontribusi pada target antara pencapaian Visi Sawit Indonesia Emas 2045. Visinya yakni pada 2029 Indonesia mampu menghasilkan 240 ragam jenis produk hilir,” tuntasnya.

Milestone Visi Sawit Indonesia Emas 2045
Milestone Visi Sawit Indonesia Emas 2045 (tribunpekanbaru/firmaulisihaloho)

Ketua Bidang Pengembangan Usaha DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Riau, Pandapotan Sitanggang menyambut baik terkait perubahan peraturan tersebut.

Akan tetapi, Dia memberikan beberapa catatan agar menjadi perhatian pemerintah dalam menyelesaikan sertifikasi ISPO bagi para petani.

“Terkait legalitas kepemilikan lahan, bagi perusahaan tentu tidak terlalu menjadi persoalan untuk mengurusnya sebagai salah satu syarat ISPO. Namun bagi petani keci, khususnya di Riau, masih banyak yang legalitasnya tumpang tindih dengan kawasan hutan. Sehingga mereka enggan untuk mengurus sertifikasi tersebut,” sambungnya.

Pandapotan yang pernah mengikuti pendidikan auditor ISPO pada 2021 silam di Bogor ini juga menyoroti belum ada ada perlakuan khusus bagi petani yang sudah mengantongi sertifikasi itu.  Seperti harga TBS petani yang non ISPO dan ISPO relatif sama. 

Menurutnya, pemerintah seharusnya memberikan nilai tambah bagi petani yang sudah mengantongi sertifikat itu.

Meski begitu, berdasarkan penelusuran tribunpekanbaru.com, salah satu keunggulan bagi pemegang sertifikasi ISPO ialah akses pembiayaan dari perbankan.

Sebab, dalam beberapa tahun terakhir industri perbankan juga didorong untuk menerapkan prinsip keberlanjutan seperti green financing atau pembiayaan hijau.

Bank Mandiri contohnya. Portofolio berkelanjutan Bank Mandiri hingga September 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 12,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan nilai mencapai Rp 285 triliun. Dari jumlah tersebut, portofolio hijau mencatat pertumbuhan yang signifikan, yaitu 16,4 persen dengan total Rp142 triliun.

Untuk sektor pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), khususnya bagi kelapa sawit, Bank Mandiri menyematkan salah satu syaratnya adalah sertifikat atau bukti pendaftaran lahan pada ISPO/RSPO.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diharapkan stakeholder terkait dapat bersinergi dalam menuntaskan persoalan sertifikasi ISPO. Bahwa pembangunan ekonomi mesti memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan.(***)

Sumber: Tribunpekanbaru





 
Berita Lainnya :
  • Menggesa Sertifikasi ISPO bagi Kemajuan Industri Kelapa Sawit: BSPJI Pekanbaru Siap Melayani Petani
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    7 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved