www.riau12.com
Selasa, 14-Oktober-2025 | Jam Digital
16:00 WIB - Gemilang! Siswa Riau Boyong 12 Medali di OSN 2025, Bukti Kualitas Anak Negeri Lancang Kuning | 15:58 WIB - DPRD Riau Desak Pemprov Segera Sahkan RKPD 2026, Khawatir Pembahasan APBD Molor | 15:50 WIB - Muammar Alkadafi: Alih Status PPPK Jadi PNS Tak Timbulkan Beban Fiskal, Anggaran Sudah Ada | 15:36 WIB - Dana Siap, Dokumen Tak Lengkap: DPRD Riau Soroti Keterlambatan Gaji Guru ASN | 15:18 WIB - Banjir Tak Kunjung Usai, Pemko Pekanbaru Siapkan Sistem Biopori untuk Kurangi Genangan | 14:52 WIB - Pengemis Raup Rp18 Juta per Bulan di Pekanbaru, Ekonom: Ini Bukan Lagi Soal Sosial, tapi Bisnis!
 
Deflasi Kembali Terjadi di September 2024
Rabu, 02-10-2024 - 09:42:57 WIB

TERKAIT:
   
 

Riau12.com-JAKARTA– Deflasi kembali terjadi pada September 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, deflasi bulan lalu mencapai 0,12 persen.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan, data pada September merupakan deflasi kelima tahun ini. Secara bulanan terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,06 pada Agustus menjadi 105,93 pada September 2024.

’’Deflasi September 2024 terlihat lebih dalam dibandingkan Agustus dan merupakan deflasi kelima pada 2024,’’ ujarnya pada konferensi pers di Jakarta, Selasa (1/10).

Deflasi di lima bulan ter­akhir secara umum disumbang oleh penurunan harga komoditas bergejolak (volatile food). ’’Faktor yang memengaruhi deflasi atau penurunan harga adalah sisi penawaran. Andil deflasi utamanya disumbang penurunan harga pangan,’’ jelas Amalia.

Dia menekankan, angka deflasi yang diperoleh BPS mengacu pada IHK. Faktor yang memengaruhi adalah biaya produksi hingga kondisi suplai. Untuk itu, BPS tidak mengaitkan data deflasi dengan dugaan penurunan daya beli masyarakat.

’’Untuk mengambil kesimpulan apakah ini menunjukkan indikasi daya beli masyarakat menurun, harus ada studi lebih lanjut. Sebab, daya beli itu tidak bisa hanya dimonitor dari angka inflasi atau deflasi,’’ ujarnya.

Amalia menjelaskan, kelompok penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi 0,59 persen. Kelompok itu memberikan andil deflasi sebesar 0,17 persen.

Kemudian, terdapat komoditas yang memberikan andil inflasi. Di antaranya, ikan segar dan kopi bubuk dengan andil inflasi masing-masing 0,02 persen. Selanjutnya, biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi, tarif angkutan udara, dan sigaret kretek mesin (SKM) yang memberikan andil inflasi masing-masing 0,01 persen.

Berdasar komponen pembentuk inflasi, kata Amalia, komponen harga bergejolak (volatile price) mengalami deflasi 1,34 persen (month-to-month/MtM) dan memberikan andil terhadap inflasi umum sebesar minus 0,21 persen (MtM). Komoditas seperti cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, dan tomat berkontribusi dominan dalam deflasi.


Deflasi juga terjadi pada komponen harga yang diatur pemerintah (administered price), yakni 0,04 persen (MtM) dengan andil terhadap inflasi umum minus 0,01 persen (MtM). Komoditas yang dominan adalah bensin.

Amalia menjelaskan, harga BBM jenis pertamax turbo, pertamina green 95, pertamina dex, dan dexlite sempat mengalami kenaikan pada 2 Agustus 2024. Kemudian, juga ada penyesuaian harga pertamax yang berlaku mulai 10 Agustus 2024.

Sementara pada 1 September, sejumlah jenis BBM turun harga. Di antaranya, pertamax, pertamax turbo, pertamina green 95, pertamina dex, dan dexlite. Harga pertamax turbo juga mengalami penyesuaian di beberapa wilayah pada 2 September 2024. ’’Tingkat deflasi masing-masing sebesar 0,72 persen dan 0,74 persen,’’ imbuh Amalia.

Kepala BPS Jawa Timur Zulkipli mengatakan, pergerakan harga di Jatim juga searah dengan nasional. Ada deflasi month-to-month sebesar 0,13 persen. ’’Deflasi terdalam terjadi di Kabupaten Gresik dengan angka 0,16 persen. Sedangkan deflasi paling dangkal terjadi di Probolinggo sebesar 0,01 persen,’’ ungkapnya.

Pergerakan harga pada September tersebut terus menggerus angka inflasi 2024. Secara year-on-year, inflasi di Jatim mencapai 1,73 persen. Sedangkan inflasi tahun kalender bahkan masih mencapai 0,65 persen.

Kelompok barang yang mendorong deflasi adalah makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,63 persen. Di sisi lain, yang masih mendorong inflasi di Jatim adalah harga sektor penyediaan makanan dan minuman alias restoran serta perawatan pribadi. Secara MtM, harga perawatan jasa pribadi dan restoran masing-masing naik 0,36 persen dan 0,15 persen. Namun, andilnya masih tak sebesar kelompok makanan, minuman, dan tembakau.(***)

Sumber: Riaupos



 
Berita Lainnya :
  • Deflasi Kembali Terjadi di September 2024
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    7 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved