www.riau12.com
Selasa, 14-Oktober-2025 | Jam Digital
15:44 WIB - Evaluasi Penempatan Guru di Kampar, Bupati Ingin Kinerja dan Proses Belajar Lebih Optimal | 15:31 WIB - Harga TBS Sawit Mitra Swadaya Riau Naik, Umur 9 Tahun Capai Rp3.698,50 per Kg | 15:20 WIB - Sharm el-Sheikh Peace Summit: Trump dan Pemimpin Dunia Tandatangani Kesepakatan Bersejarah | 14:53 WIB - Jerat Hukum Oligarki Migas: Kerry Riza Didakwa Perkaya Diri Rp3 Triliun Lewat Proyek Pertamina | 14:52 WIB - Rp3 Miliar untuk Riau: PTPN IV Regional III Buktikan Komitmen Pemberdayaan dan Keberlanjutan | 14:50 WIB - Cabai Bukittinggi Masih Mahal, Pasar Pekanbaru Bergantung pada Pasokan dari Pulau Jawa
 
Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Sebabkan Rupiah Terus Melemah, Diposisi Rp.16.430 per Dolar AS
Jumat, 21-06-2024 - 11:15:05 WIB

TERKAIT:
   
 

Riau12.com-JAKARTA- Nilai tukar rupiah ke dolar Amerika Serikat terus melemah. Melansir Bloomberg Market Spot Rate, Kamis (20/6) sore, rupiah ditutup di posisi Rp16.430 per dolar AS. Presiden Joko Widodo pun memanggil Menteri Keuangan Sri Mulyani hingga Gubernur Bank Indonesia Perry Warijo.

Seusai rapat, Kamis (20/6), Perry menyatakan melemahnya kondisi rupiah belakangan karena sentimen jangka pendek. Faktor itu adalah ketegangan geopolitik Timur Tengah, The Fed, suku bunga obligasi pemerintah AS naik, dan kondisi lainnya. “Sentimen global ini memberikan dampak ke pelemahan nilai tukar,” ujarnya.

Di dalam negeri, pada triwulan kedua ada peningkatan permintaan korporasi untuk membayar deviden dan utang. Biasanya menggunakan dolar AS. Pada triwulan ketiga, tak ada lagi pembayaran ini. “Persepsi sustanibilitas fiskal ke depan itu membuat sentimen yang berdampak pada tekanan nilai tukar rupiah,” beberapa Perry.

Namun dia menekankan jika pelemahan ini hanya dinamika jangka pendek. Jangka panjangnya, Perry sangat optimistis jika rupiah menguat.

Fundamental apa saja yang akan mempengaruhi sentimen positif rupiah? Perry menjelaskan jika inflasi yang hanya 2,8 persen, pertumbuhan ekonomi 5,1 persen, dan juga kredit tumbuh 12 persen menjadi faktor yang menguatkan rupiah. “Kondisi ekonomi termasuk juga imbal hasil investasi itu faktor fundamental yang harusnya mendukung rupiah menguat,” ujarnya.

Percaya diri Perry ini didukung riwayat selama ini. Pada akhir tahun lalu rupiah juga sempat jeblok. Namun berangsur membaik juga. “Kami akan terus ada di pasar. Kami akan stabilkan nilai tukar rupiah,” katanya.

Perry menyebutkan Bank Indonesia punya cadangan devisa 139 miliar dolar AS. Cadangan ini akan digunakan untuk menstabilkan tukar rupiah. Selain itu Bank Indonesia juga akan beli SBN dari pasar sekunder.

“Kesimpulannya secara fundamental trennya, jangan tanya hari per hari, rupiah trennya akan menguat karena inflasi rendah, growth bagus, faktor fundamental itu bagus,” ucapnya. Perry minta kondisi ekonomi Indonesia ini harus disyukuri.

Bank Indonesia (BI) memutuskan masih mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen. Keputusan tersebut konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 persen pada 2024 dan 2025.

Perry Warjiyo menyatakan, stabilitas nilai tukar rupiah hingga Rabu (19/6) tetap terjaga sesuai dengan komitmen kebijakan yang ditempuh. Meski sempat tertekan 0,70 persen point-to-point (PtP) setelah Mei menguat 0,06 persen PtP dibandingkan dengan nilai tukar akhir bulan sebelumnya.

Hal itu dipengaruhi oleh dampak tingginya ketidakpastian pasar global.

Terutama berkaitan dengan ketidakpastian arah penurunan Fed Funds Rate (FFR), penguatan mata uang dolar AS secara luas, dan masih tingginya ketegangan geopolitik.

“Dari faktor domestik, tekanan upiah juga disebabkan oleh kenaikan permintaan valas oleh korporasi, termasuk untuk repatriasi dividen, serta persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan,” ucapnya.

Namun, lanjut dia, pelemahan itu lebih rendah dibandingkan dengan Won Korea (KW), Baht Thailand (TB), Peso Meksiko (MP), Real Brazil (BR), dan Yen Jepang (JY). Yang masing-masing sebesar 6,78 persen, 6,92 persen, 7,89 persen, 10,63 persen, dan 10,78 persen.

Ke depan, Perry memperkirakan, Rupiah akan bergerak stabil. Didukung aliran masuk modal asing, menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik. Bank sentral terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter. Termasuk peningkatan intervensi di pasar valas serta penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.

Pada kesempatan yang sama, Sri Mulyani menyampaikan kondisi perekonomian Amerika Serikat, Eropa dan Cina belakang mempengaruhi ekonomi dalam negeri. Untuk itu pemerintah terus memantau. “Kami pantau bagaimana meminimalkan dampak negatif kalau terjadi mengenai Fed Fund Rate yang beberapa kali akan menurunkan suku bunga,” ujarnya.

Dia juga menyatakan konsumsi masyarakat sudah mulai pulih. Masyarakat juga semakin percaya diri. “Ini jadi pondasi yang cukup baik untuk proyeksikan pertumbuhan ekonomi kita di kuarter 2 ini masih terjaga seperti pada kuarter pertama,” kata Ani.

APBN 2024 yang kini sedang berjalan akan dikelola pemerintah dengan hati-hati. Kurs dan harga minyak akan pengaruhi postur APBN dan Ani pun mengaku sudah memonitor ini.

“Kami koordinasi dengan Bank Indonesia yang terus mencoba stabilitas nilai tukar rupiah. Dalam hal ini fiskal dan moneter bekerja dan berkoordinasi baik dalam dinamika maker dan juga global. Serta proses transisi politik yang terjadi,” ucap Ani.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyoroti penarikan dana investor asing dari surat berharga negara (SBN) Sejalan dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global. Padahal, imbal hasil dari SBN masih tinggi di atas 6 persen untuk tenor 10 tahun.Tapi, dibandingkannya bukan pada insilasi umum namun dengan inflasi bahan pangan yang angkanya cukup tinggi.

Badan Pusat Statistik mencatat kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 8,14 persen year-on-year (YoY). “Sehingga return SBN lebih rendah. Jadi ekspektasi ke depan inflasinya mungkin masih akan lebih tinggi dari sisi bahan makanan. Jadi mereka mencari instrumen investasi lain yang imbal hasilnya lebih menarik atau lebih stabil,” beber Bhima kepada Jawa Pos(***)

Sumber: Riaupos



 
Berita Lainnya :
  • Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Sebabkan Rupiah Terus Melemah, Diposisi Rp.16.430 per Dolar AS
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Anak SMA ini Mengaku Dengan "OM" atau "Pacar" Sama Enaknya, Simak Pengakuannya
    2 Azharisman Rozie Lolos Tujuh Besar Seleksi Sekdaprov Riau, 12 Orang Gugur
    3 Tingkatkan Pelayanan dan Tanggap dengan pengaduan masyarakat
    Lusa, Camat Bukit Raya Lauching Forum Diskusi Online
    4 Pemko Pekanbaru Berlakukan Syarat Jadi Ketua RT dan RW Wajib Bisa Operasikan Android
    5 Inilah Pengakuan Istri yang Rela Digarap 2 Sahabat Suaminya
    6 Astagfirullah, Siswi Di Tanggerang Melahirkan Di Tengah Kebun Dan Masih Memakai Seragam
    7 Lima Negara Ini Di cap memiliki Tingkat Seks Bebas Tertinggi
    8 Selingkuh, Oknum PNS Pemprov Riau Dipolisikan Sang Istri
    9 Langkah Cepat Antisipasi Banjir, PU Bina Marga Pekanbaru Lakukan Peremajaan Parit-parit
    10 Dosen Akper Mesum Dengan Mahasiswinya di Kerinci Terancam Dipecat
     
    Pekanbaru Rohil Opini
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved