Puluhan Ikan Mati di Sungai Kerinci, DLH Pelalawan Telusuri Dugaan Pencemaran dan Kekeruhan Air Kamis, 06/11/2025 | 14:09
Riau12.com-PELALAWAN – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pelalawan tengah menyelidiki penyebab puluhan ikan mati mendadak di Sungai Kerinci, Kelurahan Pangkalan Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan Kerinci, pada Rabu (5/11/2025). Fenomena itu terjadi di sekitar jembatan kembar Jalan Sultan Syarif Kasim dan sempat menggegerkan warga setempat.
Dua instansi langsung turun ke lapangan untuk menangani peristiwa tersebut. Dinas Perikanan (Diskan) Pelalawan menurunkan tim guna mengambil lima ekor ikan mati sebagai sampel untuk diperiksa di laboratorium Universitas Riau (UNRI). Sementara itu, DLH Pelalawan melalui Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) juga mengambil sampel air di tiga titik lokasi, yakni di bagian hulu, lokasi ikan mati, dan hilir Sungai Kerinci.
Kepala DLH Pelalawan, Eko Novitra, menjelaskan bahwa sampel air yang diambil telah dikirim ke laboratorium Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Riau untuk diuji kandungannya. Dari hasil uji laboratorium nantinya akan diketahui unsur-unsur yang terdapat di dalam air dan bisa dikorelasikan dengan fenomena kematian ikan tersebut.
“Kita tunggu hasilnya keluar dari laboratorium, baru bisa kita analisa dan pelajari penyebab pastinya,” ujar Eko Novitra, Kamis (6/11/2025).
Berdasarkan peninjauan lapangan yang dilakukan DLH, fenomena ikan mati hanya ditemukan di satu titik saja. Saat dilakukan penyisiran ke arah hilir maupun ke bagian hulu Sungai Kerinci hingga ke perbatasan Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak, tidak ditemukan ikan mati lainnya.
“Ada dugaan sempat muncul bahwa pencemaran berasal dari pabrik kelapa sawit di daerah Buatan, Siak, yang berada di hulu Sungai Kerinci. Namun setelah dicek, tidak ditemukan ikan mati di sana. Meski begitu, sampel tetap kami ambil untuk memastikan,” jelas Eko.
DLH Pelalawan menduga sementara bahwa kematian ikan disebabkan oleh meningkatnya tingkat kekeruhan air sungai. Kondisi tersebut kemungkinan besar dipicu oleh aktivitas normalisasi Sungai Kerinci yang sedang dilakukan oleh Dinas PUPR Pelalawan dalam tiga pekan terakhir untuk mengantisipasi banjir di musim hujan.
“Tingkat kekeruhan air yang tinggi bisa menyebabkan biota air mati karena kekurangan oksigen,” ungkapnya.
Selain faktor kekeruhan, DLH juga tidak menutup kemungkinan adanya aktivitas ilegal seperti penggunaan racun ikan oleh pihak-pihak tertentu. Namun dugaan pencemaran limbah pabrik atau bahan kimia lainnya dinilai kecil berdasarkan hasil observasi di lapangan.
“Hasil laboratorium terhadap ikan yang mati akan menunjukkan penyebab pastinya, apakah karena kekurangan oksigen, racun, atau faktor lain. Data ini akan dipadukan dengan hasil uji air yang sudah kita ambil,” pungkas Eko Novitra.
Fenomena ini masih dalam proses penyelidikan, sementara masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan tidak mengonsumsi ikan dari lokasi sungai hingga hasil pemeriksaan laboratorium resmi diumumkan.