Demonstrasi Kekuatan di Karibia, AS Kirim Bomber B-1B Dekat Wilayah Udara Venezuela Rabu, 29/10/2025 | 12:02
Riau12.com-JAKARTA – Ketegangan di kawasan Karibia kembali memuncak setelah dua jet pembom strategis B-1B milik Amerika Serikat terdeteksi melintas di lepas pantai Venezuela pada Senin, 27 Oktober 2025. Pergerakan ini memicu kekhawatiran baru antara Washington dan Caracas terkait stabilitas politik dan keamanan regional.
Data dari situs pelacakan Flightradar24 menunjukkan kedua pesawat pembom supersonik tersebut terbang sejajar di atas wilayah udara internasional dekat pantai utara Venezuela sebelum menghilang dari radar. Pesawat-pesawat itu diketahui lepas landas dari pangkalan udara di North Dakota, Amerika Serikat bagian utara.
Ini bukan kali pertama jet pembom AS melakukan patroli di kawasan Karibia. Dalam dua pekan terakhir, pesawat B-1B dan B-52 telah beberapa kali melintas, disertai pengerahan kapal induk USS Gerald R. Ford dan penempatan sepuluh jet siluman F-35 di Puerto Rico. Saat ini, tujuh kapal perang Angkatan Laut AS aktif beroperasi di wilayah tersebut.
Kementerian Luar Negeri Venezuela menuduh langkah Washington sebagai upaya mempersiapkan kudeta terhadap Presiden Nicolas Maduro dengan dalih operasi antinarkoba. “Ini bukan tentang narkotika. Ini tentang menguasai Venezuela dan menjatuhkan pemerintahan sah kami,” ungkap pernyataan resmi Caracas.
Sementara itu, Presiden Donald Trump menyebut operasi militer sebagai misi keamanan global yang menargetkan jaringan penyelundupan narkoba di Laut Karibia. Namun laporan AFP menyebut sejak awal September, militer AS telah menyerang sepuluh kapal yang diduga terlibat penyelundupan, menewaskan 43 orang, tanpa bukti publik bahwa kapal-kapal tersebut terkait dengan perdagangan narkoba.
Analis politik Amerika Latin, Esteban Alvarado, menilai operasi AS lebih bermuatan politik daripada penegakan hukum. “Venezuela sudah lama menjadi target strategis karena cadangan minyak dan posisi geopolitiknya di Amerika Selatan,” ujar Alvarado.
Kehadiran jet pembom B-1B membawa pesan simbolis yang kuat. Pesawat ini dirancang membawa rudal jelajah jarak jauh dan bom konvensional berdaya tinggi. Michael Harrington dari Center for Strategic and International Studies menilai pengiriman bomber ke wilayah tegang adalah bentuk demonstrasi kekuatan. “AS ingin mengirim sinyal bahwa mereka siap mengambil opsi militer jika situasi memburuk,” jelas Harrington.
Langkah AS memicu kecemasan di Amerika Latin. Beberapa negara, termasuk Kuba dan Nikaragua, menilai ini sebagai provokasi terbuka. Venezuela sendiri meningkatkan kesiagaan militer, mengaktifkan sistem pertahanan rudal, dan menambah patroli di wilayah udara barat dan utara. Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino, menegaskan kesiapan menghadapi segala bentuk agresi.
Para analis menilai situasi ini berpotensi menjadi krisis diplomatik serius. Operasi militer AS di Karibia dianggap sebagai bagian dari strategi global untuk menunjukkan kekuatan dan menekan negara yang dianggap bermasalah. Ketegangan ini menjadi bukti bahwa perang modern tidak selalu dimulai dengan tembakan, melainkan dengan pergerakan pesawat di langit dan diplomasi yang membeku di darat.