Harga Emas Dunia Kembali Menguat, Investor Tunggu Data Inflasi AS dan Sentimen Perang Dagang Jumat, 24/10/2025 | 15:25
Riau12.com-PEKANBARU – Harga emas dunia sempat mengalami koreksi selama dua hari berturut-turut akibat aksi ambil untung (taking profit) yang dilakukan para investor. Koreksi ini juga dipicu oleh sentimen menjelang pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan, serta pertemuan pejabat kedua negara di Malaysia untuk membahas perang dagang.
Direktur PT Traze Andalan Futures, Ibrahim Assuaibi, menilai kemungkinan tercapainya kesepakatan antara AS dan China masih kecil. “Perang dagang sudah berjalan lama dan China telah melakukan perlawanan, sehingga turut menekan harga emas dunia. Saat ini harga emas mulai kembali menguat. Walaupun penguatannya belum signifikan, ada kemungkinan besar harga emas akan melonjak,” ujar Ibrahim.
Penurunan harga emas sebelumnya, menurut Ibrahim, dipicu aksi ambil untung investor yang menilai harga emas sudah terlalu tinggi sehingga perlu dilakukan checking profit.
Selain itu, pemberian sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat terhadap Rusia, menyusul serangan Rusia di dua kota besar Ukraina, yaitu Donbas dan Kyiv, turut menjadi faktor pengangkat harga emas. Inggris dan Uni Eropa juga memberikan sanksi ekonomi ke-19 kalinya, termasuk larangan terkait minyak mentah dan gas alam.
Investor kini menunggu data inflasi Amerika Serikat. Jika inflasi stagnan, bank sentral AS kemungkinan akan menurunkan suku bunga, memberikan sentimen positif bagi harga emas dunia. Ibrahim memperkirakan, harga emas berpotensi menguat menuju level USD 4.186. “Apabila level USD 4.185–USD 4.186 dapat ditembus, harga emas berpeluang melesat ke kisaran USD 4.400. Target jangka pendek pada minggu depan adalah di level USD 4.400,” jelasnya.
Sentimen global terkait perang dagang, sanksi ekonomi terhadap Rusia, dan data inflasi AS menjadi faktor utama yang diperhatikan para investor dalam menentukan arah pergerakan harga emas dunia.