Sharm el-Sheikh Peace Summit: Trump dan Pemimpin Dunia Tandatangani Kesepakatan Bersejarah Selasa, 14/10/2025 | 15:20
Riau12.com-KAIRO – Perdamaian akhirnya tercapai di Gaza setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani kesepakatan gencatan senjata bersama pemimpin Qatar, Mesir, dan Turki di Sharm el-Sheikh, Mesir. Kesepakatan ini menandai berakhirnya dua tahun perang yang menewaskan puluhan ribu warga Palestina dan mengguncang kawasan Timur Tengah.
Trump menyebut momen ini sebagai “awal baru bagi rakyat Gaza, bagi Israel, dan bagi dunia yang lebih damai,” saat pidatonya di Sharm el-Sheikh Peace Summit, Selasa (14/10/2025). Lebih dari 20 pemimpin dunia hadir dalam penandatanganan tersebut. Kesepakatan mencakup penghentian operasi militer Israel di Jalur Gaza serta pertukaran tahanan. Sekitar 2.000 warga Palestina dibebaskan dari penjara Israel, sementara Hamas melepaskan 20 sandera Israel yang masih hidup dan menyerahkan jasad empat lainnya. Dari tahanan Palestina yang dibebaskan, 154 diasingkan ke Mesir.
Suasana haru menyelimuti Gaza dan Tepi Barat. Banyak keluarga akhirnya dapat memeluk kembali kerabat mereka setelah bertahun-tahun terpisah, meski sebagian lain kecewa karena anggota keluarganya tidak termasuk dalam daftar pembebasan. Jurnalis Al Jazeera melaporkan kondisi Gaza masih memprihatinkan; banyak rumah, sekolah, dan fasilitas publik hancur, serta rumah sakit tidak mampu menampung ribuan warga yang membutuhkan perawatan medis.
Sejak perang dimulai Oktober 2023, tercatat 67.869 warga Palestina tewas dan 170.105 luka-luka akibat serangan Israel. Di pihak Israel, 1.139 orang tewas akibat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, dan sekitar 200 orang sempat disandera. Gaza kini digambarkan sebagai “gurun abu-abu” setelah lebih dari 200.000 bangunan rusak atau hancur total.
Di tingkat diplomatik, peran Amerika Serikat mendapat apresiasi. Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, menyebut hasil KTT Sharm el-Sheikh sebagai “awal positif menuju solusi yang adil dan berkelanjutan bagi rakyat Palestina.” Menteri Pertahanan Australia Richard Marles menyatakan negaranya akan mempertimbangkan pengiriman pasukan penjaga perdamaian jika diminta.
Meski euforia perdamaian menyelimuti banyak pihak, perhatian dunia kini tertuju pada implementasi kesepakatan, termasuk apakah Hamas akan melucuti senjata dan bagaimana Otoritas Palestina mengendalikan pemerintahan Gaza pascaperang. Dalam deklarasi bertajuk Enduring Peace and Prosperity, para pemimpin AS, Mesir, Qatar, dan Turki menegaskan komitmen untuk membangun perdamaian langgeng dan mengakui hak yang setara bagi warga Palestina dan Israel, meski belum menyebut hak rakyat Palestina atas negara merdeka.
Dengan infrastruktur hancur, rumah sakit lumpuh, dan ekonomi porak-poranda, masa depan Gaza masih suram. Namun di tengah reruntuhan, sebagian warga tetap memelihara harapan bahwa kesepakatan ini menjadi titik balik bagi kebebasan dan kemanusiaan di tanah yang telah lama dilanda perang.