Rugi Besar bagi Budak Dinar dan Dirham: Pesan Rasulullah tentang Bahaya Cinta Dunia Selasa, 14/10/2025 | 13:59
Riau12.com-Di antara tabiat dasar manusia adalah rasa cinta terhadap harta benda. Keinginan memiliki materi seolah tiada batas. Tak jarang, dalam upaya mengejarnya, manusia lupa pada rambu-rambu larangan yang seharusnya dijaga.
Tujuan hidup pun perlahan berubah haluan. Bukan lagi mengabdi kepada Sang Pencipta, melainkan menjadi pemburu materi yang tak tahu harus untuk apa harta yang telah dikumpulkannya itu.
Salah satu bentuk harta yang paling diburu adalah uang. Demi selembar uang, manusia rela memeras keringat, banting tulang, bahkan mengorbankan waktu dan tenaga. Pergi pagi, pulang malam. Tak jarang, makan pun terburu-buru, tidur seadanya, dan ibadah terabaikan.
Demi uang, segala cara ditempuh. Dari yang halal, samar-samar (syubhat), hingga yang jelas-jelas haram. Tak sedikit manusia yang akhirnya tergelincir dalam cara-cara yang penuh keraguan dan dosa hanya demi menambah pundi-pundi kekayaan.
Uang memang telah menjadi kebutuhan primer manusia modern. Denyut kehidupan seakan tak bisa lepas darinya. Seperti air yang terus mengalir tanpa henti, uang berpindah dari satu tangan ke tangan lain dari pagi hingga malam, dari malam hingga pagi lagi.
Tanpa uang, manusia kesulitan menjalani hidup. Apalagi bagi mereka yang menanggung beban keluarga di tengah biaya hidup yang terus meningkat. Harga kebutuhan naik, dan kebutuhan akan uang pun ikut melonjak.
Namun, Rasulullah SAW telah memberikan peringatan keras bagi manusia yang menuhankan uang. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah, Nabi bersabda:
"Merugilah budak dinar, dirham, dan qathifah (pakaian). Jika diberi, ia ridha. Jika tidak diberi, ia tidak ridha."
Hadis ini menegaskan bahwa siapa pun yang menjadikan uang sebagai tujuan hidup akan merugi di dunia dan di akhirat.
Pertama, karena mereka akan tersibukkan oleh urusan dunia hingga melupakan kewajiban kepada Allah SWT.
Kedua, karena mata dan hati menjadi buta, tidak lagi mampu membedakan mana jalan yang halal dan mana yang haram dalam mencari nafkah.
Ketiga, karena tujuan hidup yang seharusnya berorientasi pada akhirat, justru bergeser hanya untuk mengejar dunia semata.
Semoga Allah SWT menjaga hati kita agar tidak terjerumus menjadi manusia yang menuhankan uang dan menganggap materi sebagai segala-galanya. Sebab, hakikat hidup sejatinya bukan pada seberapa banyak harta yang dimiliki, melainkan seberapa berkah dan bermanfaat harta itu bagi sesama.