Trump: Tidak Ada Pemindahan Paksa Warga Palestina dalam Rencana Gencatan Senjata Gaza Jumat, 10/10/2025 | 14:02
Riau12.com-WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memastikan bahwa tidak ada warga Palestina yang akan dipaksa meninggalkan Jalur Gaza dalam rencana gencatan senjata yang tengah diusulkan oleh Amerika Serikat.
“Tidak ada yang akan dipaksa pergi. Justru sebaliknya. Kami sama sekali tidak ingin melakukan itu,” kata Trump, dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (10/10/2025).
Trump menyebut kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas sudah berada pada tahap akhir dan segera diberlakukan. Ia juga mengumumkan rencananya untuk mengunjungi kawasan Timur Tengah pada akhir pekan ini.
“Saya rasa ini akan luar biasa. Para sandera akan dibebaskan Senin atau Selasa. Saya mungkin akan berangkat hari Minggu,” ujarnya di Ruang Oval Gedung Putih.
Mengenai rencana pembentukan pasukan stabilisasi internasional di Gaza, Trump mengungkapkan bahwa pembahasan masih terus berlangsung. “Belum diputuskan. Akan ada sekelompok negara kaya yang ikut mendanainya. Banyak pihak ingin ini berhasil, dan saya yakin ini akan berhasil,” katanya.
Sebelumnya, Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui tahap pertama dari rencana gencatan senjata untuk Gaza. Rencana tersebut memuat 20 poin penting yang dirancang untuk mengakhiri konflik dan membuka jalan bagi stabilitas di wilayah tersebut.
Tahap pertama mencakup pembebasan seluruh tawanan Israel dengan imbalan sekitar 2.000 tahanan Palestina, penerapan gencatan senjata permanen, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Sementara tahap berikutnya mencakup pembentukan pemerintahan baru di Gaza tanpa keterlibatan Hamas, pembentukan pasukan keamanan gabungan yang terdiri dari negara-negara Arab dan Islam, serta pendanaan rekonstruksi Gaza yang akan difasilitasi oleh negara-negara Arab dan Muslim.
Rencana gencatan senjata ini menjadi salah satu langkah diplomatik paling signifikan yang diumumkan Washington dalam upaya mengakhiri konflik panjang Israel–Palestina, sekaligus menandai babak baru hubungan AS dengan negara-negara Timur Tengah di bawah kepemimpinan Trump.