www.riau12.com
Rabu, 24-April-2024 | Jam Digital
08:09 WIB - Peluk Kucing Empat Jam Digaji Rp.162 Juta, Kok Bisa? | 12:00 WIB - Pemkab Kampar Anggarkan Pengadaan Handphone, Hati Masyarakat Terluka | 11:44 WIB - Mata Panda Merusak Penampilanmu, Berikut Tips Mengatasinya | 09:02 WIB - Sering Macet, Pemprov Riau Akan Melakukan Pelebaran Jalan di Simpang Mall SKA | 08:44 WIB - LKPJ 2023 Banyak Kejanggalan, Pansus DPRD Akan Kupas Satu Persatu OPD di Pekanbaru | 08:58 WIB - Golkar Siapkan 5 Kader Untuk Pilgubri, H. Nasaruddin SH. MH Telah Mempersiapkan Diri
 
Ao dai; Hanya Ini yang Tersisa
Senin, 25-09-2017 - 06:47:48 WIB

Riau12.com-Tiga hari berjalan, saya masih terkenang gadis di Bandara Ho Chi Minh. Maaf, bukan gadis tapi gadis-gadis. Karena, hampir semua gadis yang bekerja formal di sana, yang menampilkan sisi tradisionalnya, tampil anggun dengan busana senada. Baju kurung lengan panjang menutup hingga ke mata kaki.

Inilah ao dai, pakaian nasional Vietnam yang dikenakan oleh kaum wanita. Ao dai diucapkan (dibaca: ow-yai) di selatan dan ow-zai di utara. Soal utara dan selatan memang sangat sensitif di Vietnam. Ini memang masuk akal karena kedua wilayah punya kepentingan berbeda, agama berbeda, budaya berbeda, bahasa berbeda dan bahkan postur tubuh.

Tersebab perbedaan itu pula perang utara dan selatan terjadi sejak seribu tahun lalu. Balas membalas. Kalah mengalahkan. Di selatan ada bangsa Champa dengan kerajaan nusantara. Sedangkan di utara ada Viet Dai yang mongolit. Champa adalah kerajaa Melayu dan mayoritas beragama Islam. Sedangkan Viet Dai adalah Budha dan sebagiannya penyembah api

Pada akhirnya, Champa memang kalah. Pada akhir abad ke-19 kerajaan ini boleh dikata sudah bubar. Namun bukan berarti Champa habis. Sebagian mereka lari hingga ke seluruh semenanjung dan nusantara. Sedangkan sebagai bangsa di tanah sendiri, dia masih ada dan kuat. Hanya saja dia diperintah orang lain. Sampai pada 1975, ketika Vietkong, yaitu Vietnam komunis, menyerang Vietnam Selatan dan membunuh hampir semua sisa-sisa Champa. Tapi anehnya, yang dibunuh hanya Champa Islam. Sedangkan Champa Bani dan Champa Hindu cenderung lebih merdeka.

Begitulah Champa yang bertuhankan Allah SWT, dihabisi komunis hingga musnah keseluruhan. Seluruh situs sejarahnya dihancurkan. Kampungnya dibakar. Penduduknya diburu dan dibunuh. Setiap tentara Vietkong keluar barak, harus kembali ke barak dengan minimal tiga kepala bangsa Champa. Maka jangan salah ketika bangsa Champa Islam lari sejauh-jauhnya, bahkan hingga dipersiapkan sebuah pulau oleh Indonesia di Kepulauan Riau.

Nyaris tak ada sisa dari sejarah Champa. Lautnya ditukar nama jadi Laut Cina Selatan, makam rajanya diklaim atas nama situs Hindu, bahasanya dihancurkan sehingga nyaris tak ada orang Champa di pusat kerajaannya yang menguasai bahasa nenek moyang mereka.

Lalu apa yang tersisa atas nama Allah di negeri mulia ini? Nyaris tak ada selain peta sejarah yang mulai buta. Mungkin, satu dari sedikit itu adalah ao dai. Inilah identitas Champa yang masih bertahan hingga kini. Baju kurung lengan panjang dan menutupi tubuh hingga mata kaki.

Ao dai adalah bukti bahwa Islam sangat berpengaruh di Vietnam. Negeri ini melindungi perempuannya dengan baju kurung. Menutupi lekuk tubuhnya dari mata lelaki. Menjaga auratnya hingga dia tetap jadi terhormat. Saya pun heran, bagaimana sebuah negara komunis yang tak bertuhan malah lebih islami dibanding sebagian perempuan di kampung kita di Indonesia.

Tapi dasar komunis! Baju kurung itu tetap menjadi musuh bagi mereka. Karena tak ada pilihan lainlah maka mereka menetapkan ao dai sebagai baju nasional. Karena ingin menghilangkan pengaruh Islam, komunis tersebut merobek baju kurung itu hingga ke pinggul. Bahkan dibelah empat. Hingga ketika mereka berjalan, akan tersingkaplah pahanya. Untung mereka menutupnya dengan celana panjang. Padahal, dulu, ao dai itu dipakai dengan kain pinggang hingga ke mata kaki.

Beginilah jahatnya komunis dalam menjajah. Dia tidak hanya membunuh orangnya, tapi juga menghancurkan budayanya. Bahkan juga bahasanya!

Jangan main-main dengan komunis. Sekali dia berkuasa dia tidak hanya mengincar nyawa tapi juga menghancurkan budaya dan agama!***

By : Saidul Tombang




 
OPINI
Menabal Pada yang Patut, Datuk Seri Pembual Utama
OTT Kalapas Sukamiskin, Praktek Permisif Masif Di Lembaga Pemasyarakatan
Menghela Politik di Masa Tenang dalam Pilkada dan Pemilu
Harapan Pilkada Serentak 2018 Riau Tanpa Money Politik
Tanah Busuk itu Adalah Bali Oleh Saidul Tombang
GURU ZAMAN NOW By Fadriansyah
Ao dai; Hanya Ini yang Tersisa
Kejahatan dalam Kondisi Mabuk
 
Pekanbaru Rohil Opini
Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
© 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved