www.riau12.com
Kamis, 25-April-2024 | Jam Digital
09:47 WIB - Berhadia 55 Juta, KPU Riau Buka Sayembara Pembuatan Maskot dan Jinggke Untuk Pilgubri: Catat Tanggal | 09:32 WIB - Berakhir Tragis, Pria Israel Terluka Usai Tendang Bendera Palestina | 08:44 WIB - Harga TBS Sawit Riau Mitra Swadaya Naik, Mitra Plasma Turun | 08:22 WIB - Harga Barang Keperluan Pokok Masih Cukup Tinggi, Bawang Merah Capai Rp.50.000 per Kilogram | 08:09 WIB - Peluk Kucing Empat Jam Digaji Rp.162 Juta, Kok Bisa? | 12:00 WIB - Pemkab Kampar Anggarkan Pengadaan Handphone, Hati Masyarakat Terluka
 
Sikapi Kemarau dengan Bijak
Selasa, 04-08-2015 - 09:35:05 WIB

RIAU12.COM - Seperti yang kita saksikan bersama, berbagai berita
di stasiun televisi tengah ramai membicarakan tentang wajah Indonesia
yang akan mengalami krisis air bersih dalam beberapa bulan ini. Rasanya
belum lagi habis kita merayakan keharuman lebaran yang barusaja
dilewati, kini negri ini kembali di uji di musim tropisnya. Tak
tanggung-tanggung bila sudah menghadapi yang namanya musim kemarau.

Sejak
tanggal 25 Juli 2015, Badan Meteorology Klimatologi dan Geofisika
Indonesia (BMKG) mengabarkan bahwa Indonesia akan mengalami musim
paceklik air bersih hingga bulan November mendatang. Mereka juga
memaparkan bahwa ada beberapa wilayah yang akan mengalami krisis air
bersih yang cukup parah, adapun draf daerah tersebut ialah Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi hingga sampai wilayah Nusa Tenggara
Timur dan Nusa Tenggara Barat. 

Kita sedikit bisa menghela nafas
dengan lega karena Riau tidaklah tercatat sebagai salah satu wilayah
yang akan mengalami kekrisisan air bersih dalam jangka panjang. Namun
demikian hal itu bisa saja berubah secara tiba-tiba, dan ini menjadi
alarm yang positif tersendiri bagi wilayah Sumetara khususnya warga Riau
untuk sedikit berhemat dalam pemakaian air agar tidak mengalami nasib
yang sama seperti saudara-saudara kita yang ada di pulau Jawa, Sulawesi
dan juga Papua.

Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat bahwa
terdapat 487 desa di berbagai daerah saat ini mengalami kekeringan. Di
daerah Tasikmalaya, pemerintah kota sampai mendistribusikan beberapa
mobil water yang memuat air bersih untuk dibagi-bagikan kepada warganya,
setiap warga hanya mendapat jatah satu ember air bersih untuk keperluan
masak-memasak, yang lebih mirisnya lagi di Jawa Timur tepatnya di
sebuah desa di Nganjuk penduduknya harus berjalan sejauh 2 km sampai 7
km hanya untuk mendapatkan air bersih, mereka beramai-ramai
menggotong-gotong ember yang berisikan air. Meskipun terkadang air nya
sudah berwarna kekuningan saat di ambil dari sungai setempat, namun hal 
itu tak lagi dihiraukan karena bagi mereka yang terpenting adalah
bagaimana caranya bisa mendapatkan air.

Saat ini bukan lagi
masalah banjir yang dulu selalu menjadi trending topic di berbagai
berita dan surat kabar. Namun kini justru berbalik pada masalah kemarau
yang cukup mengkhawatirkan, bagaimana tidak? Air bersih merupakan salah
satu kebutuhan pokok manusia yang tidak ada gantinya. Apabila air bersih
sulit di dapatkan maka kehidupan yang sehat otomatis akan tersendat.
Pasalnya apa yang kita konsumsi semua berawal dari air bersih, dan jika
air bersih sulit diperoleh maka itu berarti kita sedang dihadapkan pada
berbagai penyakit yang akan menyerang kesehatan tubuh kita.

Kekhawatiran
ini juga pasti dirasakan oleh para petani di berbagai daerah, hujan
yang seakan malas turun untuk membasahi bumi akan membuat ladang-ladang
mereka kering karena kekurangan air, ini juga akan berpotensi pada yang
namanya gagal panen. Sumur-sumur menjadi kering, debu dijalanan semakin
tak ada yang membasahi, serta pohon-pohon akan menjadi layu, maka cuaca
panas lah yang tinggal tersisa bagi manusianya.

Kemarau dan Kebakaran.

Ke
was-wasan karena kemarau yang tengah kita rasakan ini juga harus
diwaspadai dengan serius, belajar dari peristiwa-peristiwa yang telah
terekam di masa lalu, bahwa pada musim kemarau banyak lahan dan hutan
yang mengalami kebakaran, hal ini memang jarang terkontrol oleh
kebanyakan orang pada umumnya. Namun secara nalar kita juga harus bisa
berjaga-jaga agar kejadian ini tidak terulang lagi. Ada banyak cara
mengapa banyak lahan dan hutan yang terbakar saat musim kemarau. Musim
kemarau sering sekali membuat bumi kekrisisan air, kemudian mempengaruhi
suhu dan cuaca permukaan menjadi cukup panas hingga mencapai 35-37
derajat celcius.

Akan banyak ranting-ranting dan daun mengalami
kekeringan, bahkan rumput-rumput pun akan menguning jika tidak terkena
air. Terkadang banyak manusia yang lalai pada waktu-waktu seperti ini,
tanpa sengaja mereka dengan sembarangan membuang puntung rokok ke
sekitar lahan dan hutan saat melintasinya, sehingga api itu menjadi
hidup dan terus merambat hingga ke sudut-sudut lahan. Atau ada pula yang
sekedar membakar sampah saja di sekitar lahan namun tidak
mengontrolnya, sehingga api dengan mudahnya menghabisi pohon dan
ranting-ranting kering yang ada di sekitarnya.

Riau adalah
provinsi yang kerap mengalami kebakaran hutan. Baru-baru ini provinsi
yang kaya dengan minyak ini kembali mengalami kebakaran hutan tepat di
kabupaten Kampar dan juga Siak. Menyusul lagi di Jambi, kabarnya
banyaknya lahan sawit yang mengalami kebakaran karena adanya pembukaan
lahan secara liar. Sehingga banyak orang pada saat membuka lahan
melakukan pembakaran secara liar tanpa mengontrol dan mengawasinya
secara penuh tanggung jawab.

Tentunya hal ini sangat berdampak
negatif bagi banyak orang, contohnya pada saat pemadaman api, petugas
kebakaran tentunya sulit untuk mencari air pada saat musim kemarau
seperti saat ini, selain itu semakin hari Indonesia selalu mengalami
kemerosotan hutan secara signifikan. Maka dari itu kita harus menanamkan
rasa cinta dan tanggungjawab terhadap lingkungan kita, sehingga apa-apa
yang kita lakukan harus difikirkan akibatnya dengan tidak ceroboh dalam
setiap perbuatan.

Hal ini harus kita waspadai bersama, musim
kemarau saat ini jangan jadikan sebagai bencana yang menjadi momok bagi
kita. Sebab Tuhan pasti mempunyai maksud tersendiri yang  tidak bisa
difahami secara langsung tujuannya.  Kemarau yang tengah kita hadapi
harus di lewati secara bijak, yang pertama kita belajar mensyukuri dan
menghargai betapa berharganya nilai sebuah air bersih, sehingga kita
bisa berhemat dan tidak memakainya secara berlebih-lebihan.

Dan
yang kedua kita bisa belajar bersikap untuk lebih serius dan
berhati-hati dalam menjaga alam, mengantisipasi masalah kebakaran sama
saja dengan kita menyelamatkan pernapasan banyak orang. Karena asap yang
dihasilkan oleh kebakaran sering menjadi jembatan dan penyakit bagi
setiap yang merasakannya. Oleh sebab itu sayangilah air bersih, serta
berusahalah menjaga alam meski sedang dalam kekeringan. ***

Penulis adalah Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, dan Pengamat Lingkungan.





 
OPINI
Menabal Pada yang Patut, Datuk Seri Pembual Utama
OTT Kalapas Sukamiskin, Praktek Permisif Masif Di Lembaga Pemasyarakatan
Menghela Politik di Masa Tenang dalam Pilkada dan Pemilu
Harapan Pilkada Serentak 2018 Riau Tanpa Money Politik
Tanah Busuk itu Adalah Bali Oleh Saidul Tombang
GURU ZAMAN NOW By Fadriansyah
Ao dai; Hanya Ini yang Tersisa
Kejahatan dalam Kondisi Mabuk
 
Pekanbaru Rohil Opini
Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
© 2015-2022 PT. Alfagaba Media Group, All Rights Reserved