Alami Kerugian Miliaran
PLTA Koto Panjang Diminta Bertanggungjawab Kerugian Petani Keramba di Desa Ranah
Senin, 25-01-2016 - 07:07:53 WIB
KAMPAR,Riau12.com-Puluhan keramba yang hanyut di Desa Ranah, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar akibat diterjang banjir karena meluapnya sungai Kampar disebabkan dibukanya pintu air Waduk PLTA Koto Panjang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. PLTA dalam hal ini harus bertanggungjawab.
"Setahu saya belum ada sampai saat ini ganti rugi oleh PLTA Koto Panjang terhadap keramba warga Desa Ranah. PLTA harus bertanggungjawab terhadap kerugian masyarakat," tegas Syamsul Mooh Kamar.
Disampaikannya, sesuai dengan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Kampar bahwa akibat banjir yang melanda warga sepanjang daerah aliran sungai (DAS) sungai Kampar sehingga keramba hanyut mencapai milyaran. "PLTA harus mengganti kerugian itu," katanya.
"Saya selaku tokoh masyarakat Desa Ranah meminta pihak PLTA bertanggungjawab mengganti seluruh kerugian. Banyak kisah tragis dan memilukan dari orang - orang yang kerambanya hanyut," paparnya.
Menurutnya, ada yang pingsan, menangis dan sampai hari ini masih banyak yang trauma. Keramba yang hanyut di Desa Ranah sebanyak 69 unit dan 1 yang tenggelam. Total di Desa Ranah ada sekitar 70 unit keramba diperkirakan kerugian mencapai 2,2 miliar.
"Data riil itu sudah dilaporkan ke Dinas Perikanan Kabupaten Kampar. Selain itu, DPRD Kampar melalui Komisi terkait harus memanggil pihak PLTA untuk dilakukan hering dengan masyarakat yang dirugikan," sebutnya.
Diceritakannya, diawal dibangunnya PLTA sudah membuat masyarakat XIII Koto Kampar menangis dan meratap karena desanya tenggelam.
"Sekarang masih bikin rakyat menangis dan meratap karena setiap musim hujan, pihak PLTA tidak hati - hati dalam mengontrol pelepasan air," katanya.
Lanjutnya, sesungguhnya hal ini bisa dihindari mana kala manajemen PLTA mau belajar dari setiap tahun musim hujan datang. Dimusim kemarau rakyat dibuat pusing karena pemadaman bergilir dengan alasan debit air kurang. Dimusim hujan, rakyat dibuat panik karena pelepasan air yang kurang waspada.
"PLTA yang beroperasi diwilayah Kabupaten Kampar harusnya membina masyarakat petani ikan disepanjang sungai Kampar, membina masyarakat XIII Koto Kampar yang beberapa desa sudah ditenggelamkan. Membina ekonomi masyarakat Kampar agar bisa sejahtera, ini malah membuat masyarakat sengsara. Pernah juga dulu dimusim kemarau PLTA menutup pintu air, sehingga membuat air surut drastis, dan banyak keramba di desa Ranah juga yang tertinggal di darat sehingga banyak ikan mati," ungkapnya.
DPRD Kampar melalui Komisi terkait harus membongkar sistem dan cara kerja operasional PLTA di lapangan. "Apakah sesuai prosedur atau tidak, kalau ada yang menyalahi prosedur, ambil tindakan tegas terhadap PLTA Koto Panjang," kata mantan anggota DPRD Kampar ini.(Rif)
Komentar Anda :