Komandan Lanud Roesmin Nurjadin: Perebutan Natuna Bisa Picu Perang Antar Negara
Rabu, 11-11-2015 - 09:00:12 WIB
PEKANBARU, Riau12.com - Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Marsma TNI Henri Alfiandi memprediksi perang besar antar negara akan terjadi dalam jangka waktu dekat ini. Perang tersebut adalah perang untuk memperebutkan Kepulauan Spratly yang telah menjadi konflik klasik di wilayah Laut Cina Selatan.
Menurut Henri, Indonesia akan terlibat dalam perang tersebut karena sebagian wilayah Pulau Natuna juga menjadi wilayah yang diperebutkan antara beberapa negara yang ada di Asia seperti Cina, Vietnam, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, Taiwan, Amerika dan Indonesia.
Ia juga mengatakan mengapa Natuna jadi rebutan di Laut Cina karena kekayaan alam yang sangat luar biasa di sana, terutama minyak. Dimana di situ terdapat pertemuan jalur minyak, oleh sebab itulah negara-negara tersebut saling memperebutkan.
"Kita akan memprediksi paling tidak dalam waktu 5 tahun ini akan terjadi perang besar antar negara yang memperebutkan kepulauan Spratly. Karena kepulauan tersebut amat sangat strategis sekali," tutur Masrma Henri.
Sejauh ini Henri melihat konflik yang terjadi hanya konflik-konflik kecil saja. Namun konflik kecil tersebut dapat dikhawatirkan menjadi sumbu bagi perang besar nantinya.
"Kalau konflik-konflik kecil antara kapal dengan kapal itu kapan saja bisa terjadi hari ini. Tapi kalau deklarasi perang antar negara itu masih jauh, setidaknya 5 tahun lagi. Ketika itu terjadi semua negara pasti akan bicara termasuk PBB," terang Henri.
Ia menambahkan,"Spratly adalah konflik klasik yang sudah terjadi sejak dulu. Itu konflik yang melibatkan hampir semua negara besar," ujarnya.
Namun Henri mengatakan Indonesia secara politik akan bersifat pasif untuk menjaga stabilitas suhu politik. Hal ini dilakukan menurutnya untuk menghindari pemicu-pemicu konfrontasi yang dapat terjadi kapan saja.
"Indonesia sudah jadi Ikon perdamaian di Asia Tenggara. Indonesia selalu jadi inisiator antara negara-negara yang terlibat konflik untuk kembali berdamai. Jadi kita akan menjaga sebisa mungkin untuk tak terlibat," tandas Henri.(r12/hr)
Komentar Anda :