Kongres Mahasiswi Islam untuk Peradaban
Mahasiswi Riau Sepakat Campakkan Neokolonialis-Feminis
Minggu, 25-10-2015 - 15:48:54 WIB
PEKANBARU, Riau12.com-Ratusan mahasiswi dari seluruh Kampus di Pekanbaru hadir dalam acara Kongres Mahasiswi Islam untuk Peradaban, Ahad (25/10/15) di PKM Universitas Lancang Kuning.
Acara ini ditaja oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Wilayah Riau dengan tema "Intelektual Muda Tegakkan Khilafah: Selamatkan Mahasiswi dari Cengkeraman Neokolonialis-Feminis".
Dalam sambutannya, Perwakilan DPD I MHTI Wilayah Riau, Riska Andayani, S.Si menyampaikan bahwa peran sesungguhnya mahasiswi adalah membangun peradaban yang maju dan gemilang. Kegemilangan itu bukan hanya ditataran ekonomi melainkan diseluruh bidang.
Ia juga menyampaikan bahwa tujuan acara Kongres ini adalah untuk mengokohkan kembali peran strategis mahasiswi dalam membangun sebuah peradaban.
"Kongres Mahasisiwi Islam untuk Peradaban yang ditaja pada hari ini bertujuan untuk mengokohkan kembali perjuangan mahasiswa dan membentuk suatu kesatuan agar kebangkitan yang hendak dicapai berdasarkan syariat Islam yang akan mendatangkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat," jelasnya.
Memasuki acara Inti, Ustadzah Kurnia Budi Yanti, M.Pd selaku pemateri pertama dengan tema Intelektual Muda Tersandera Neokolonialis-Feminis menyampaikan bahwa saat ini melalui pendidikan, mahasiswi-mahasiswi dipersiapkan untuk memberikan keuntungan bagi kapitalis dengan menjadi pekerja asing. Padahal mahasiswi seharusnya dipersiapkan untuk mensejahterakan umat.
"Ilmu yang dimiliki oleh mahasiswi harus digunakan untuk kesejahteraan hajat hidup umat. Ilmu ibarat air yang dimanfaatkan dalam kehidupan dan membentuk peradaban, seperti Fatimah binti Ubaidillah yang dari rahimnya terlahir imam tersohor seantero dunia, Imam Syafi’i dan Maryam Al-Asturlabi yaitu penemu navigasi darat seperti GPS dan mahasiswi lainnya," jelas ibu dosen yang akrab disapa Bu Yanti.
Dina Hidayat, M.Si, Ak yang menjadi pemateri kedua juga menjelaskan bahwa Sistem Pemerintahan Islam yang disebut Khilafah telah terbukti mampu mencetak intelektual-intelektual muslimah pembangun peradaban cemerlang.
Diantaranya Aisyah binti Abu Bakar (mujtahid, ahli fiqh, perawi hadist perempuan), Rufaidah al-Aslamiyah (membangun kemah sebagai rumah sakit pertama pada zaman Rasulullah saw.) Hal ini karena sebagai seorang intelektual mereka menjalankan perannya sebagai konstruktor peradaban dan lelahirkan generasi cemerlang penerus masa depan.
"Para intelektual muslimah yang ada pada masa pemerintahan Islam diantaranya Aisyah binti Abu Bakar (mujtahid, ahli fiqh, perawi hadist perempuan), Rufaidah al-Aslamiyah (membangun kemah sebagai rumah sakit pertama pada zaman Rasulullah saw.) telah menjadikan ilmu sebagai tonggak bagi peradaban gemilang sehingga mampu melaksanakan peran strategisnya. Hal ini juga harus didukung oleh kemandirian perguruan tinggi dan negara untuk mencetak generasi unggulan karena pendidikan adalah tanggung jawab Negara," pungkas dosen Universitas Islam Riau ini.
Aktivis-aktivis mahasiswi yang berasal dari berbagai universitas di kota Pekanbaru menyampaikan testimoni mereka diantaranya, Afrahul Fadillah (Ketua Cakrawala Mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau), Sri Ramadhani (Ketua Keputrian UKMI AL-FATAH Universitas Lancang Kuning), Romadhoni dan Yasnimar Desliana (Aktifis MHTI). Mereka menyampaikan bahwa setelah mahasiswi menyadari akan bahaya cengkeraman neokolonialis-feminis ini, maka tidak ada lagi waktu bersantai untuk para intelektual selain memperjuangkan kembali syariah Islam dibawah naungan Khilafah Islamiyah.
Sebagai bentuk kepedulian mahasiswi terhadap kondisi bangsa saat ini, maka acara ini ditutup dengan penandantangan kesepakatan yang isinya adalah sebagai berikut:
1. Mengajak semua komponen masyarakat khususnya intelektual untuk segera menegakkan khilafah yang akan menghentikan cengkraman neokolonialis-feminis terhadap para intelektual.
2. Menuntut pemerintah membangun kemandirian pendidikan tinggi dan menghentikan eksploitasi intelektual untuk kepentingan korporasi.
3. Menuntut pemerintah menghentikan semua program yang mengeksploitasi intelektual muslimah sebagai contributor peradaban dan pencetak generasi cemerlang.
4. Hanya Negara Khilafah yang mampu mencetak intelektual muslimah sebagai kontributor peradaban dan pencetak generasi cemerlang.
Hasil kesepakatan ini nantinya akan dibawa pada saat audiensi seluruh mahasiwi ke kantor DPRD Riau pada hari Rabu, 28 Oktober 2015. Seluruh mahasiswi diharapkan ikut berpartisipasi dalam audiensi esok. (rls)
Komentar Anda :