OPINI : Membaca Fenomena Komunikasi, Promosi Berujung Polisi
Selasa, 28-06-2022 - 20:30:34 WIB
Riau12.com-Masyarakat Indonesia kembali dibuat gempar oleh Holywings yang suka bermain sensasi. Apalagi kali ini usaha Bar dan cafe ini bermain di ranah yang sangat sensitif bernuansa agama.
Memakai nama Sosok insan Suci dalam sebuah agama adalah strategi komunikasi pemasaran yang sangat ambigu dan memantik konflik horizontal mengingat Indonesia adalah negara mayoritas muslim. Alih-alih untuk mendapatkan hati dari pelanggan akhirnya bermuara kepada kebencian komunitas.
Sensasi atas nama Promosi
Kalau kita buka kembali history, Holywings bukan kali ini bermain sensasi, Pada akhir 2021, ketika pandemi Covid-19 tengah mengganas, Holywings tercatat tiga kali melanggar aturan PPKM di Kemang, Jakarta Selatan. Dilansir dari CNN Indonesia, pelanggaran pertama yang dilakukan Holywings terjadi pada Februari 2021. Kemudian Maret 2021, serta yang terakhir pada 4 September.
Buntutnya, Pemprov DKI Jakarta menutup sementara Holywings Resto and Baru Kemang selama pelaksanaan PPKM Level 3 dan menjatuhkan denda setidaknya Rp50 juta. Pada awal 2022, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto tak mengizinkan pembukaan Holywings di wilayahnya.
Hal itu sebab Arya takut anak-anak muda keluar dari Holywings dalam keadaan mabuk seperti yang terjadi di kota-kota lain. Arya tak mengizinkan berdirinya Holywings di Bogor apabila kafe tersebut tetap menjual minuman beralkohol.
Bisnis Haram, Promosi Suci
Petaka Holywings bermula pada 22 Juni 2022 lalu akun Instagram @holywingsindonesia dan @holywingsbar menyebarkan pamflet promosi yang membuat masyarakat Indonesia geram. Bagaimana tidak, Holywings menggratiskan alkohol pada setiap Kamis untuk pengunjung yang bernama "Muhammad" dan "Maria".
Pamflet pun diperkaya dengan cuption" Dicari yang punya nama Muhammad & Maria. Kita kasih Cordon's Dry Gin atau Cordon's Pink", dan akhirnya tidak butuh lama promosi haram ini terlanjur menyebar di kalangan masyarakat Indonesia.
Cara promosi yang digunakan Holywings dianggap telah mencoreng dua agama besar di Indonesia yang lekat dengan nama Muhammad dan Maria, yakni Islam dan Katolik.
Sayangnya management HolyWings cuci tangan dengan mengorbankan 6 orang karyawan Holywings ditetapkan sebagai tersangka atas kasus promosi tersebut. Padahal tim promosi tidak akan berani membuat promosi dengan sensasi 'SARA' kecuali sudah mendapat lmapu hijau dari manajemem.
Promosi di Era Tsunami Informasi
Di era digital, dengan tsunami informasi dan bebasnya setiap orang melakukan apa saja, strategi promosi dan pemasaran menjadi sangat penting disusun sebelum konten sebuah brand disuntikan ke dalam setiap ingatan orang pengguna social media.
Hari ini memang diakui, sosial media menjadi yang paling baik, paling murah, serta paling bermanfaat dibandingkan dengan media konvensional. Namun, strategi yang digunakan Holywings yang berupaya melakukan 'promosi halal untuk bisnis haram' adalah langkah yang salah kaprah dan bertendensi negatif untuk sebuah brand.
Dalam penggunaan media pada sebuah proses komunikasi sejatinya perlu perlu mempertimbangkan kemungkinan distorsi atau kendala-kendala yang muncul.
Distorsi atau kendala dapat menyebabkan kondisi salah komunikasi (miss communications), di mana pesan yang disampaikan dianggap gagal (fail) karena memberikan reaksi yang berbeda dari yang diharapkan oleh komunikator.
Hal tersebut bisa disebabkan oleh ragam perbedaan penafsiran atas pesan yang disampaikan. Dalam kasus promosi minuman beralkohol gratis bagi pengunjung bernama Muhammad dan Maria, Holywings barangkali lupa, Indonesia punya riwayat konflik dengan hal-hal berbau sara, khususnya agama.
Promosi yang dilakukan Holywing sesungguhnya cukup menjadikan cambuk bagi siapa pun yang ingin 'bermain-main di pinggir jurang' ketika mempromosikan dagangannya.
Fajri Febri Yenni
Mahasiswa Pascasarjana, Ilmu Komunikasi Universitas Riau
Komentar Anda :