JAKARTA,Riau12.com-Merek sepeda motor gede (moge) Harley Davidson dikenal memiliki konsumen loyal di berbagai dunia, termasuk Indonesia. Soetikno Soedarjo dan (alm) Bambang Pramono Sungkono melihat hal tersebut sebagai kesempatan emas dengan memulai perjalanan PT Mabua Harley-Davidson pada 13 Juni 1997.
Dari laman resmi harleydavidsonjakarta.com diketahui bahwa PT Mabua Harley Davidson tumbuh dalam situasi ekonomi yang sulit, namun dukungan dari para bikers yang membuatnya bertahan. Pada 17 September 2000, PT Dewata Harley Davidson berdiri di Pulau Bali dengan dua diler resmi yang menyediakan layanan after sales dan dipimpin oleh (alm) Tony Pramoediarso.
Kemudian, Soetikno Soedarjo memprakarsai penggabungan antara PT Mabua Harley Davidson dan PT Dewata Harley Davidson yang kemudian disatukan dalam naungan manajemen MRA Group Djonnie Rahmat pun didapuk sebagai presiden direktur.
"Di bawah kepemimpinan Djonnie Rahmat, PT Mabua Harley Davidson berkembang pesat dan mendapat kepercayaan yang membanggakan, yaitu Izin completely knock down (CKD) system dari Harley Davidson Motor Company (HDMC) pada tahun 2001, Sertifikat ISO 9001:2000 untuk PT Mabua Harley Davidson dan PT Dewata Harley Davidson pada tahun 2004, dan program loyalitas pelanggan bernama MHD Preferred Card (MPC) yang memberi nilai tambah bagi konsumen," demikian tertulis dalam laman resmi harleydavidsonjakarta.
Namun perjalanan Mabua Harley Davidson tak berlangsung mulus. Tahun 2014 menjadi awal keterpurukan MMI. Hal itu terlihat dari total penjualan motor yang terus merosot. Saat itu Mabua hanya menjual 490 unit atau terjun bebas dari 2013 yang mencapai 996 unit. Hal ini memicu MMI untuk meluncurkan produk baru Street 500 cc di akhir Desember 2014.
MMI terus fokus memasarkan Street 500 cc hingga memasuki 2015. Efektif Mabua hanya bisa mengandalkan penjualan sepeda motor ini, setelah produk Harley Davidson bermesin besarnya mengalami penurunan penjualan yang cukup drastis. Berdasarkan data MMI, Street 500 cc hanya terjual sebanyak 320 unit sepanjang 2015.
Djonnie Rahmat pada Oktober 2015 sempat mengatakan kalau harga jual moge menjadi tinggi karena pajak barang mewah yang harus dibayar. Akibatnya konsumen berpikir untuk membeli moge Harley Davidson, sehingga penjualannya menurun.
Kondisi ekonomi yang masih belum stabil juga membuat PT Mabua Motor Indonesia melakukan perampingan unit bisnisnya. Mabua secara resmi menutup dealership Iskandarsyah, Jakarta Selatan, pada 30 Oktober 2015. Alasan penutupan aset pertama Mabua ini tak lain untuk efisiensi bisnis. Selain itu situasi ekonomi belum baik, khususnya untuk usaha dunia automotif yang menawarkan barang mewah dan supermewah.
Hari ini, Rabu (10/2/2016), bisa menjadi sejarah baru bagi para penggemar motor Harley. Meski Mabua tidak lagi menjadi perwakilan resmi Harley Davidson yang resmi, namun moge asal Amerika Serikat itu tampaknya tidak akan mati karena penggemarnya di Tanah Air sangat loyal. Suara nyaring knalpot moge Milwaukee itu akan tetap terdengar di jalan-jalan Indonesia.(r12/okz)
Komentar Anda :