Riau12.com-PEKANBARU – Dalam beberapa tahun terakhir, istilah deepfake semakin sering muncul di media sosial dan pemberitaan teknologi. Teknologi ini memungkinkan seseorang memanipulasi foto, suara, atau video hingga terlihat sangat meyakinkan—bahkan sulit dibedakan dari yang asli.
Awalnya dikembangkan untuk kebutuhan hiburan, film, dan konten kreatif namun kini deepfake juga menimbulkan kekhawatiran karena dapat disalahgunakan untuk penyebaran hoaks, penipuan digital, atau propaganda politik.
Apa Itu Deepfake dan Cara Kerjanya
Dikutip dari laman keamanan siber Fortinet, deepfake merupakan teknologi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang mampu menciptakan gambar, suara, atau video palsu dengan tingkat kemiripan tinggi terhadap aslinya.
Istilah “deepfake” sendiri berasal dari gabungan kata deep learning (pembelajaran mendalam) dan fake (palsu).
Teknologi ini bekerja dengan algoritma pembelajaran mesin yang menganalisis data visual dan audio, lalu menggabungkannya untuk menciptakan konten baru. Hasilnya, seseorang bisa tampak berbicara atau melakukan hal yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Meski berpotensi negatif, deepfake juga punya sisi positif, seperti digunakan dalam industri hiburan, film, parodi, hingga rekreasi sejarah.
Asal-usul Teknologi Deepfake
Istilah “deepfake” pertama kali dikenal pada tahun 2017 di platform Reddit. Seorang pengguna bernama “deepfakes” mengunggah video porno hasil rekayasa dengan mengganti wajah artis menggunakan teknologi deep learning milik Google yang bersifat open-source.
Sejak saat itu, teknologi ini berkembang pesat dan menjadi salah satu inovasi paling kontroversial di dunia digital.
Bagaimana Deepfake Dibuat
Beberapa metode populer untuk menciptakan deepfake antara lain:
1. Generative Adversarial Network (GAN)
Dua jaringan AI (generator dan discriminator) saling berkompetisi untuk menghasilkan gambar atau video yang semakin realistis.
2. Encoder-Decoder (Face Swapping)
Digunakan untuk menukar wajah seseorang ke tubuh orang lain. Encoder mempelajari pola wajah, sementara decoder menempelkan wajah ke objek target.
3. Autoencoder Lanjutan
Versi lebih canggih yang dapat menciptakan ekspresi dan gambar baru sepenuhnya, membuat hasil rekayasa makin halus dan sulit dikenali.
Cara Mengenali Deepfake
Meski sangat meyakinkan, deepfake tetap memiliki celah yang bisa dideteksi secara visual dan audio.
Berikut beberapa tanda-tandanya:
* Gerakan mata atau ekspresi wajah tampak tidak alami
* Frekuensi berkedip tidak wajar
* Sinkronisasi bibir dan suara tidak pas
* Pencahayaan atau warna kulit terlihat janggal
* Rambut dan gerakan kepala tampak patah-patah
* Proporsi tubuh tidak seimbang dengan wajah
Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, masyarakat bisa lebih waspada terhadap konten manipulatif di internet.
Deepfake vs Shallowfake
Selain deepfake, ada juga istilah shallowfake yakni manipulasi video sederhana dengan cara memotong atau mengedit sebagian isi video agar tampak berbeda dari konteks aslinya.
Salah satu contoh terkenal adalah video pidato Nancy Pelosi, Ketua DPR AS, yang diedit agar terdengar seperti sedang mabuk, padahal aslinya tidak.
Kelebihan dan Risiko Deepfake
Kelebihan:
* Dipakai dalam industri hiburan, film, dan parodi
* Menghidupkan kembali tokoh sejarah atau arsip visual lama
* Berguna untuk pelatihan AI dan simulasi digital
Risiko:
* Menyebarkan informasi palsu dan propaganda
* Melanggar privasi dan hak individu
* Menjadi alat penipuan dan pencurian identitas
* Menimbulkan kebingungan publik karena sulit dibedakan dari video asli
Deepfake kini menjadi simbol kemajuan sekaligus ancaman teknologi kecerdasan buatan.
Di satu sisi, ia membuka peluang besar bagi inovasi digital; di sisi lain, menciptakan risiko penyalahgunaan yang bisa mengguncang kepercayaan publik.
Karena itu, literasi digital dan kesadaran masyarakat menjadi benteng utama untuk melawan manipulasi visual yang semakin canggih di dunia maya.
Komentar Anda :