Lebih dari Sekadar Tradisi, Silaturahim Jadi Jalan Spiritual Panjang Umur dan Lapang Rezeki Jumat, 26/09/2025 | 13:47
Riau12.com-Silaturahim tersusun dari dua kata: shilah yang berarti menghubungkan (to connect), dan rahim yang bermakna kasih sayang (unconditional love). Maka, hakikat silaturahim adalah menjalin kasih sayang antar sesama.
Namun, silaturahim bukan sekadar hubungan antar manusia yang masih hidup. Ia juga mencakup hubungan dengan makhluk lain, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun alam sekitar. Bahkan dalam perspektif Islam, tidak ada istilah “benda mati”. Seluruh ciptaan Allah bertasbih, sehingga silaturahim sejatinya meliputi semesta.
Lebih jauh lagi, silaturahim juga tetap berlangsung dengan mereka yang telah mendahului kita. Nabi Muhammad SAW mengajarkan agar umatnya senantiasa mendoakan orang-orang yang telah wafat, bahkan memberi salam ketika melewati rumah kosong atau kuburan.
Silaturahim Memperpanjang Umur dan Melapangkan Rezeki
Rasulullah SAW mengingatkan dalam sebuah hadis: “Silaturahim memperpanjang umur dan memperluas rezeki.”
Hadis ini mengandung rahasia besar. Padahal umur dan rezeki adalah ketetapan Allah yang tak seorang pun mengetahuinya. Namun, silaturahim disebut sebagai salah satu pintu keberkahan.
Kita melihat realitas hidup yang beragam. Ada orang kaya yang berusaha keras menjaga kesehatan, bahkan berobat ke berbagai dokter spesialis, tetapi ajal tak bisa dihindari. Sebaliknya, ada orang miskin dengan penyakit kronis, tetap diberi kekuatan menjalani aktivitas bertahun-tahun.
Begitu pula soal rezeki, ada yang bekerja keras hingga bercucuran keringat, namun hasilnya hanya cukup untuk kebutuhan harian. Sementara yang lain cukup dengan sekali tanda tangan, rezeki miliaran rupiah mengalir. Semua ini mengisyaratkan, silaturahim adalah jalan terbuka bagi rahmat Allah yang tidak terduga.
Teladan Para Nabi, Ulama, dan Sufi
Nabi Sulaiman AS bersahabat dengan binatang, burung, ikan, bahkan jin dan malaikat. Mereka semua membantu menyelesaikan tantangan dakwahnya. Rabi’ah al-Adawiyah, seorang sufi perempuan, dikenal bersahabat dengan binatang buas dan burung liar.
Imam al-Ghazali maupun Ibnu Arabi pun menjadikan roh para nabi dan auliya yang telah wafat sebagai guru ruhani. Nabi Muhammad SAW sendiri memberi nama kepada binatang tunggangannya, peralatan rumah tangga, hingga sisirnya. Beliau juga menebarkan salam kepada alam sekitar.
Semua itu adalah bentuk silaturahim yang luas, lintas batas, bahkan lintas kehidupan.
Halal Bihalal: Produk Lokal Silaturahim Nusantara
Di Indonesia, silaturahim juga diwujudkan dalam tradisi halal bihalal. Tradisi ini kini merambah ke Malaysia, Brunei, dan Singapura, menjadi ciri khas bagaimana masyarakat Nusantara menghidupkan ajaran Islam dalam bingkai budaya.
Silaturahim yang Tak Terputus oleh Kematian
Al-Qur’an pun menegaskan pentingnya menjaga silaturahim meskipun dengan orang yang telah tiada. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33]:56).
Kata kerja yushalluna (sedang dan akan terus bershalawat) menunjukkan kesinambungan. Meskipun Nabi Muhammad SAW telah wafat, kita tetap diperintahkan bershalawat kepadanya. Begitu pula dengan mendoakan orang tua dan leluhur, yang menjadi bentuk silaturahim abadi.
Memupuk Energi Spiritual
Silaturahim memberikan energi spiritual yang memperkuat eksistensi kita dalam menjalani kehidupan. Ia bukan hanya sarana mempererat hubungan antar sesama, tetapi juga jalan meraih keberkahan umur, rezeki, dan ketenangan batin.
Maka, mari terus memupuk silaturahim. Bukan hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada alam, makhluk lain, dan mereka yang telah mendahului kita. Sebab silaturahim adalah jembatan kasih sayang yang tak pernah putus, baik di dunia maupun di akhirat.