Tobat yang Sesungguhnya: Al-Ghazali Ingatkan Bahaya Istighfar Tanpa Perubahan Perilaku Kamis, 25/09/2025 | 14:44
Riau12.com-Jakarta – Banyak orang mungkin mengira pendusta hanya mereka yang ucapan dan janji-janji sulit dipercaya. Namun menurut Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, definisi pendusta lebih dalam dan terkait langsung dengan perilaku spiritual.
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa pendusta adalah mereka yang sering mengucapkan istighfar—memohon ampunan Allah SWT—namun tetap melakukan dosa besar berulang kali tanpa berhenti. Dengan kata lain, memohon ampun tanpa disertai perubahan perilaku sejatinya adalah “tobatnya orang-orang yang berdusta,” sebagaimana dikutip dari perkataan Al-Fudhail bin Iyadh.
Keutamaan Istighfar
Istighfar atau memohon ampun kepada Allah memiliki keutamaan luar biasa. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Demikian juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka segera mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah?” (QS Ali ‘Imran: 135)
Selain itu, Allah menegaskan pentingnya istighfar bagi orang yang sabar, taat, dan berinfak:
“Orang-orang yang sabar, benar, taat, dan berinfak, serta memohon ampunan pada akhir malam.” (QS Ali ‘Imran: 17)
Nabi Muhammad SAW sendiri mengajarkan umatnya untuk terus memohon ampunan, bahkan 70 kali sehari semalam (HR Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah). Dalam hadits lain, beliau menyampaikan:
“Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung berfirman: Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian itu berdosa, kecuali orang yang Aku selamatkan. Mohonlah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa kalian.” (HR Ahmad)
Tobat yang Benar
Imam al-Ghazali menekankan bahwa istighfar yang tulus harus disertai penyesalan dan perubahan nyata dalam perilaku. Nabi Muhammad SAW mendorong umatnya untuk mengucapkan doa:
Subhanaka zhalamtu nafsi wa 'amiltu suan, faghfirli, innahu la yaghfirudz dzunuba illa anta
(Maha Suci Engkau ya Allah, aku telah menganiaya diriku sendiri dan berbuat dosa, maka ampunilah dosaku, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).
Dengan istighfar yang tulus, dosa-dosa seseorang akan diampuni, bahkan sebanyak langkah barisan semut hitam.
Kesimpulan
Tobat sejati bukan sekadar ucapan atau ritual formal. Menurut Imam al-Ghazali, pendusta adalah mereka yang meminta ampun namun tetap berulang kali jatuh dalam dosa besar. Istighfar yang sungguh-sungguh harus diiringi penyesalan dan perubahan perilaku agar menjadi jalan pengampunan Allah SWT.
Tobat yang benar membuka kesempatan bagi setiap manusia untuk kembali suci, memperbaiki diri, dan membangun hubungan yang kuat dengan Sang Pencipta.