Delayed Sleep Phase Mengintai Gen Z: Malam Sulit Tidur, Siang Mudah Mengantuk Sabtu, 13/09/2025 | 15:07
Riau12.com-– Generasi Z atau Gen Z kini banyak yang mengalami kesulitan tidur pada malam hari. Kondisi ini membuat mereka tetap aktif hingga dini hari, namun merasa mengantuk berat di siang hari.
Praktisi kesehatan tidur, dr Andreas Arman Prasadja, RPSGT, mengungkapkan bahwa fenomena ini sering dialami pasien muda berusia 20-an tahun.
“Gen Z keluhannya ngantukan sama nggak bisa tidur. Jadi kalau siang ngantuk, kalau malam nggak bisa tidur. Jadi ini gejala apa? Delayed sleep phase,” ujarnya di sela acara World Sleep Congress 2025 di Singapura.
Menurut dr Andreas, gangguan ini berbeda dengan insomnia biasa yang umumnya dipicu stres atau pekerjaan. Delayed sleep phase termasuk circadian rhythm disorder atau gangguan irama sirkadian, yakni pola tidur alami tubuh yang bergeser ke waktu lebih larut.
“Dia bukan nggak bisa tidur, bisa tidur kok, cuman jamnya (dini hari). Tidurnya kadang cuman bisa jam 3, atau subuh,” jelasnya.
Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas harian, terutama bagi mereka yang harus berangkat kerja atau beraktivitas di pagi hari.
“Masalahnya ‘social jetlag’. Mesti bangun jam berapa? Mesti kerja kan? Jadi internal clock-nya tidak sesuai dengan jam sosialnya. Baru ngantuk jam 11-an atau 12 ke atas,” tambahnya.
dr Andreas menegaskan, salah satu penyebab utama bergesernya jam tidur Gen Z adalah paparan cahaya biru dari gawai. Untuk mengatasinya, ia menyarankan agar penggunaan perangkat elektronik dikurangi menjelang waktu tidur.
“Dua jam atau satu jam sebelum tidur, kalau bisa berhenti scrolling sosmed. Tapi saya nggak terlalu strict, kalau mau lihat gadget dulu silakan, cuman diredupkan, blue light screen-nya aktif,” sarannya.
Ia menekankan, disiplin menjaga jam tidur adalah kunci utama.
“Cahaya biru ini lebih bahaya karena bisa menggeser jam tidur. Makanya Gen Z banyak bergeser jam tidurnya. Dan kamu harus benar-benar disiplin. Kalau waktunya tidur ya tidur,” tutupnya.